Kapolda Sumsel Trauma Gegara Sumbangan Rp2 Triliun: Keluarga Kami Dibully

Palembang – Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Heri meminta agar polemik sumbangan Rp2 triliun almarhum Akidi Tio dihentikan.

Itu disampaikan Eko usai menerima bantuan penanganan Covid-19 dari Masyarakat Tionghoa Palembang Bersatu (MTPB) di Mapolda Sumsel, Jumat (6/8/2021) sore.

“Cukuplah kami menderita. Keluarga kami menderita. Keluarga kami di-bully terus-terusan. Hentikan polemik ini,” pinta Eko.

Akibat peristiwa yang menghebohkan Tanah Air itu, Eko mengaku trauma dan ragu menerima segala bentuk bantuan dari masyarakat sejak beberapa hari terakhir.

“Menerima bantuan agak takut-takut. Apakah ini hoax lagi atau tidak. Mudah-mudahan ini bukan hoax, karena sudah ada mobilnya,” tuturnya.

Karena itu, Jenderal bintang dua Polri ini mengajak semua pihak agar fokus membangun Sumsel serta bangkit dari pandemi Covid-19.

“Tidak perlu salah menyalahkan,” tegasnya.

Meburutnya, tidak ada yang salah jika ada seseorang memberikan bantuan.

Termasuk sumbangan heboh dari keluarga almarhum Akidi Tio yang sampai kini tak ada kejelasan.

“Niat kita untuk warga yang membutuhkan bantuan. Saya sudah memaafkan, baik kepada keluarga mendiang Akidi Tio,” ungkapnya.

Diperiksa Selama 6 Jam

Sebelumnya, Kapolda Sumsel harus menjalani pemeriksaan oleh Tim Pengawasan dan Pemeriksaan Khusus (Wasriksus) dan Audit Investigasi Itwasum Polri

Eko pun diperiksa setidaknya sampai dengan kurang lebih enam jam lamanya.

Tim yang dipimpin Irjen Pol Agung Wicaksono itu meninggalkan Mapolda Sumsel pada Kamis (6/8) sekitar pukul 21.00 WIB.

Namun, tak satupun dari mereka yang memberikan keterangan kepada awak media.

Tim pun langsung memasuki mobil yang sudah menunggu dan pergi meninggalkan Polda Sumsel.

Pemeriksaan terhadap Eko itu dilakukan setelah ia menyampaikan permintaan maaf secara terbuka terkait polemik sumbangan Rp2 triliun.

BACA JUGA  DPR Desak KPK Usut Keterlibatan Muhammad Suryo Dalam Kasus Korupsi di DJKA

“Saya sebagai Kapolda Sumsel memohon maaf kepada masyarakat Indonesia terutama masyrakat Sumsel atas kegaduhan yang terjadi ini,”
ucapnya.

Dalam pernyataannya, Eko mengakui bahwa semua ini merupakan kesalahannya.

“Ini terjadi karena ketidak hati-hatian saya selaku individu,” ucap Eko.

Permintaan maaf Eko itu ditujukan kepada bukan saja kepada Kapolri dan seluruh anggota kepolisian.

Tapi juga kepada Gubernur Sumsel, pejabat yang terlibat saat seremoni dan seluruh masyarakat.

“Pangdam II Sriwijaya, Danrem dan institusi yang lain, yang tentunya terlibat dalam minggu-minggu ini,” sambungnya.

“Kegaduhan ini sebagai kelemahan saya sebagai individu dan sebagai manusia biasa. Untuk itu saya meminta maaf,” ucap Eko.(Red/Pojoksatu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.