11 Pangeran dan Pejabat Arab Saudi Ditangkap, Ini Sosok Al-waleed Pangeran Super Kaya

Pangeran Al-Waleed bin Talal (Foto: REUTERS/Fahad Shadeed/File Photo)

JAKARTA, kabarpolisi.com – Sebelas pangeran, empat menteri yang tengah menjabat, dan puluhan mantan menteri ditangkap Komite Anti Korupsi Arab Saudi. Penangkapan seperti dilansir Al Arabiya dilakukan pada Sabtu (4/11) sore.

Komite mengumumkan hal tersebut setelah membuka file mengenai banjir Jeddah pada 2009 dan menginvestigasi isu tentang virus korona (MERS – Middle East Respiratory Syndrome).

Komite ini dikepalai oleh Putra Mahkota dengan anggota Ketua Komisi Pemantauan dan Investigasi, Ketua Otorita Anti Korupsi Nasional, Kepala Biro Audit Umum, Jaksa Agung, dan Kepala Keamanan Negara.

Berdasarkan dekrit kerajaan yang dikeluarkan oleh Raja Salman, komite ini punya hak untuk melakukan investigasi, menangkap, mengeluarkan larangan perjalanan, membekukan akun dan portofolio, melacak dana dan aset dari tiap individu yang terlibat dalam kasus korupsi.

Komite anti korupsi yang baru didirikan ini dipimpin oleh Putra Mahkota Kerajaan Arab, Mohammed bin Salman. Pria yang populer disebut MBS ini adalah millenial pertama yang memimpin kerajaan Saudi, demikian disebutkan The Telegraph.

Pria 32 tahun itu, sudah dianggap sebagai penguasa de facto sebelum dilakukannya serah terima kekuasaan resmi dari ayahnya, Raja Salman, yang kini berusia 81 tahun. Ia telah mengendalikan lini utama pemerintah, mulai dari pertahanan hingga ekonomi

Siapa Pangeran Al-waleed?

Al- Waleed adalah salah satu miliuner yang ditangkap oleh Komite Antikorupsi yang dipimpin Putra Mahkota Mohammed bin Salman adalah Pangeran Al-Waleed bin Talal. Sosok ini tak lain adalah sepupu sang Putra Mahkota dan merupakan sosok yang kontroversial dan bergelimang harta.

Termasuk salah satu pria terkaya sedunia, Al-Waleed yang berusia 62 tahun itu, adalah cucu dari dua tokoh penting dalam sejarah Arab, yaitu Raja Abdulaziz Al-Saud sang peletak Arab Saudi modern, dan Riad al-Solh, Perdana Menteri pertama Libanon.

Pangeran Al-Waleed terjun ke dunia bisnis pada akhir 1980-an, dan membangun kerajaan bisnisnya yang terdiri dari sejumlah bank, hotel-hotel mewah, dan kepemilikan media.

Beberapa dekade kemudian, pangeran ini menjadi salah seorang investor terkenal dunia, dan termasuk pengkritik keras Presiden AS Donald Trump.

Pada 2015, saat Trump berkampanye menuju kursi presiden, Pangeran Al-Waleed mengejek Trump melalui akun Twitter-nya dan menyebutnya “Aib untuk Amerika” serta mendesaknya mundur.

Menanggapi hal itu, Trump melalui akun Twitternya, mengejek Al-Waleed sebagai “Pangeran bodoh”. Trump sendiri adalah sekutu dekat Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.

Mereka ini punya kesamaan pandangan, khususnya sama-sama mendukung pemberian hak kepada kaum perempuan Arab Saudi untuk menyetir. Tapi hawa persaingan mereka juga tercium dalam lingkaran kerajaan.

Penangkapan Al-Waleed menjadi guncangan atas sejumlah perusahaan yang dimodalinya. The Kingdom Holding Company, di mana Al-Waleed memegang saham 95 persen, adalah pemilik The Savoy di London, Fairmont Plaza, dan hotel George V yang terkenal di Paris.
Lihat juga: Gebrakan Putra Mahkota Arab Saudi

Al-Waleed juga punya saham di Lyft, Twitter, News Corp, Euro Disney, dan 21st Century Fox. Dia juga termasuk filantropis yang mendonasikan jutaan dolar untuk kegiatan amal.

Majalah Forbes memperkirakan nilai kekayaan Al-Waleed mencapai US$18,7 miliar, menempatkannya dalam posisi 45 orang terkaya sedunia tahun ini. Dia sendiri sudah masuk ke daftar itu sejak 1988, setahun setelah daftar tahunan itu pertama kali dirilis oleh Forbes.

Dan kabarnya, menurut Forbes, sang pangeran flamboyan itu sendirilah yang mengontak media itu.

Setelah penangkapan itu, harga saham Kingdom Holding turun 7,6 persen pada penutupan pasar di Bursa Saham Arab Saudi, Minggu (5/11).

Al-Waleed adalah satu dari 11 pangeran, empat menteri yang tengah menjabat, dan puluhan mantan menteri, yang ditangkap setelah Pangeran Mohammed bin Salman dan Komite Antikorupsi membuka file mengenai banjir di Jeddah pada 2009 dan menginvestigasi isu virus korona (MERS – Middle East Respiratory Syndrome).

Seperti dilansir Reuters, sebagian tokoh ditahan di hotel Ritz-Carlton di Riyadh. Gerbang hotel ini ditutup pada Minggu (5/11) pagi dan penjaga meminta wartawan Reuters pergi dengan alasan hotel itu ditutup untuk alasan keamanan. Mobil-mobil pribadi dan ambulans tampak memasuki hotel itu.

Penangkapan ini kelanjutan dari penangkapan terhadap mereka yang berseberangan dengan penguasa Arab Saudi, pada September. Saat itu ditangkap 30 imam, cendekiawan, dan aktivis.

Mohammad Devara Pratama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.