Jonru Ginting
JAKARTA, kabarpolisi.com – Jon Riah Ukur alias Jonru Ginting tersangka kasus penebar ujaran kebencian, Selasa siang dibawa penyidik Polda Metro Jaya ke Kejaksan Negeri Jakarta Timur usai dinyatakan lengkap berkas perkaranya.
Seperti ditayangkan Liputan6 Malam SCTV, Rabu (28/11/2017), setelah proses pelimpahan berkas perkara selesai, Tersangka Jonru langsung dibawa ke Rutan Cipinang dengan menggunakan mobil tahanan kejaksaan.
Kejari Jakarta Timur Teuku Rahman menyatakan, Jonru akan ditahan di Rutan Cipinang selama pembuatan dakwaan dan proses persidangan nanti. Tim JPU akan segera menyiapkan dakwaan dengan hukuman maksimal 12 tahun penjara.
Siapa Jonru?
Dikutip dari tirto.id, 21 Januari 2010 adalah hari bahagia bagi Jonru Ginting. Ia terpilih menjadi salah satu dari empat nominee Internet Sehat Blog Award 2009, sebuah penghargaan yang digelar oleh ICT Watch, organisasi nirlaba berfokus pada isu komunikasi dan teknologi di Indonesia, bagi para blogger yang memproduksi konten positif.
Pada malam anugerah itu Jonru tampil formal, mengenakan celana kain hitam dan atasan batik cokelat, dengan rambut yang saat itu masih hitam disisir samping. Tiga nominee lain berpenampilan kasual, hanya mengenakan kaos dan celana jins.
Jonru menyabet anugerah Super Blog ketika namanya lewat blog jonru.net (kini jonru.com) diumumkan sebagai pemenang utama. Ia pun mendapatkan hadiah sebuah BlackBerry Gemini.
“Sekarang bisa jawab pertanyaan orang-orang, ‘Berapa pinnya, Pak?’” ujar Jonru tertawa usai menerima hadiah. Nominee lain pun ikut terkekeh.
Kemenangan Jonru diperoleh berkat konten blognya yang dinilai panitia menyebarkan semangat positif penggunaan internet.
Blog Jonru saat itu memang berisi lebih banyak kiat dan motivasi menulis. Pada April 2009, misalnya, Jonru mengunggah tulisan “[ Kiat Sukses] The Power of KONSISTEN.” Ia bercerita tentang pengalamannya sebagai penulis pemula dan bergabung dengan pers kampus pada 1990-an.
“Saat itu, saya terus terang merasa sangat minder terhadap para penulis yang sudah sangat produktif dan nama mereka sering menghiasi halaman cerpen majalah-majalah ternama,” tulis Jonru.
Penyandang Nama ‘Hati yang Gembira’
Jonru terlahir dari keluarga Kristen dengan nama lengkap Belnatal Jon Riah Ukur Ginting. Belnatal konon diambil dari nama seorang suster yang membantu kelahirannya saat itu. Sedangkan “Riah Ukur” dalam bahasa Karo berarti “Hati yang Gembira.”
Namun, nama itu diubah oleh orangtuanya saat ia berumur lima tahun menjadi Jon Riah Ukur Ginting. Nama Belnatal dihilangkan lantaran saat itu keluarga Jonru pindah menjadi pemeluk Islam.
“Ayah memutuskan untuk memeluk Islam ketika usianya sekitar 43 tahun. Beliau mengajak kami sekeluarga pindah agama. Saat itu usia saya baru 5 tahun,” tulis Jonru dalam blognya.
Ia mulai mengenalkan diri dengan nama Jonru setelah lulus kuliah dari studi akuntansi di Universitas Diponegoro pada 1998. Nama itu kini membawanya terkenal sebagai penulis dan aktivis pembela Islam.
Di media sosial kata “Jonru” menjadi populer karena sering dipakai sebagai kata ganti “fitnah”. Penggunaan dalam kalimat contohnya, “men-jonru lebih kejam daripada membunuh”. Belakangan olok-olok macam itu digunakan dengan baik oleh si empunya nama untuk membangun popularitas. Ia bahkan memberi tagline blognya dengan ‘Mari #Menjonru’ (MENtioning and JOiNing the tRUth).
Metamorfosis Jonru
Jonru memulai karier sebagai penulis sejak kuliah. Ia menulis cerpen untuk majalah. Misalnya, ia pernah memenangi Lomba Cipta Cerpen Anita Cemerlang tahun 1994.
Usai kuliah, ia bekerja sebagai editor konten sebuah perusahaan penyedia internet selama tujuh tahun, dari 2000 hingga 2007. Di tengah kesibukan kerja kantoran, Jonru aktif menulis di blog.
Jonru mendirikan PenulisLepas.com, BelajarMenulis.com, dan Ajangkita.com sebagai tempat belajar menulis bagi warganet. Ia membuka jasa kursus menulis via internet bernama SekolahMenulisOnline.com dan mendirikan penerbitan buku dengan nama DapurBuku.com.
Pada 2007, ia memutuskan untuk total menjadi seorang blogger dan entrepreneur. Ia pernah mencoba pelbagai macam bisnis, dari jualan buku hingga bisnis multi level marketing. Namun, yang konsisten dijalaninya adalah sebagai penulis.
Jonru kini sudah menerbitkan dua novel, satu kumpulan cerpen, dan tiga buku motivasi. Selebihnya ia menjadi editor buku dan mentor dalam pelatihan menulis. Salah satu novelnya yang berjudul Cinta Tak Terlerai diterbitkan Mizan pada 2005. Ia mengaku menulis novel itu terinspirasi oleh dua pengarang favoritnya, Seno Gumira Ajidarma dan Ayu Utami.
“Terus terang, gaya penulisan novel saya ini banyak dipengaruhi oleh Saman karya Ayu Utami,” tulis Jonru.
Seiring perkembangan media sosial, terutama dari 2013, Jonru melihat peluang untuk mengembangkan sayap di ranah online. Jonru lebih banyak berkicau di akun Twitternya (lewat @ayomenjonru dengan 97 ribu pengikut) dan membangun fanpage di Facebook (kini hampir 1,5 juta likers).
Dan sejak itu, metamorfosis Jonru pun terlihat.
Jonru, misalnya, acap mengkritik Presiden Joko Widodo. Pada 3 April 2015, Jonru mengunggah tulisan berjudul “5 Alasan Jokowi Tidak Layak Jadi Presiden” di beranda Facebooknya.
Alasan pertama, tulis Jonru, Jokowi saat debat masih menggunakan contekan; kedua, menyebut Jokowi tukang bohong.
“Bahkan umroh singkat dan jilbab istrinya pun dipakai sebagai kamuflase untuk membohongi umat Islam,” tulis Jonru.
Alasan ketiga, Jokowi memiliki ideologi yang berbahaya. Ia tidak secara langsung menyebut Jokowi memiliki ideologi komunis, tetapi menurut Jonru, faktanya menunjukkan orang-orang PKI berani menampakkan diri sejak Jokowi menjadi presiden. Jonru menulis:
Yang jelas, sejak Jokowi berkuasa:
– Aliran sesat Syiah makin merajalela. Mereka makin berani.
– Orang2 PKI yang dulu sembunyi, kini mulai berani tampil terang-terangan.
Alasan keempat, Jokowi menyengsarakan rakyat; dan alasan terakhir, Jokowi diduga kuat melakukan kecurangan saat pemilihan presiden.
Donny Magek Piliang