Omarkhayam Maute (Foto The Australian)
MARAWI CITY, kabarpolisi.com – Omarkhayam Maute atau Omar Maute pemimpin kelompok Maute yang melakukan penyerangan di Kota Marawi, Filipina, , pernah di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Sementara itu, seorang perwira tinggi militer Filipina mengatakan, kelompok militan Maute hanya menguasai sekitar 20 persen wilayah kota Marawi.
Omar Maute pernah tinggal di Bekasi karena istrinya, Minhati Madrais, diharuskan kembali oleh keluarganya, dan Minhati juga merupakan warga Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.
“Omar sempat tinggal di Babelan, dia tinggal di sini tahun 2010 sampai dengan 2011,” ujar suami dari sepupu Minhati, Dadang (50) kepada Kompas.com saat diwawancarai di kediamannya di Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Selasa (14/6/2017) lalu
Saat berada di Babelan, Omar tinggal bersama orangtua istrinya. Dadang mengatakan, selama enam bulan Omar dan Minhati tinggal di rumah ayah Minhati, KH Madrais.
Namun, setelah itu mereka pindah ke Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Amal milik KH Madrais yang letaknya tidak jauh dari kediaman ayah Minhati.
“Terus akhirnya gabung (tinggal) ke dalam pesantrennya. Ada rumah ustaz (di dalam pesantren), seperti rumah guru-guru, jadi Mpok Mimin (Minhati) jadi pembina di situ,” kata Dadang.
Ia mengatakan, saat mereka bertempat tinggal di pesantren tersebut, banyak ustaz yang juga tinggal di sana.
Selama berada di Bekasi, kata Dadang, Omar bukanlah seorang guru agama, melainkan guru les privat Bahasa Inggris yang statusnya bukan guru tetap.
Kemudian, sebelum Minhati dan Omar pergi ke Filipina pada 2011 dan belum kembali sampai saat ini, KH Madrais pernah berencana agar Omar ditempatkan sebagai pengelola pesantren putri.
“Karena sebenarnya sudah disiapkan dengan harapan lulusan Mesir ahli tafsir bisa mengembangkan santri di sana. Makanya begitu dia (Maute) berangkat ke Filipina betapa kecewanya Pak Haji (KH Madrais),” ucap Dadang.
Militan Maute
Sementara itu, seorang perwira tinggi militer Filipina, Selasa (13/6/2017), mengatakan, kelompok militan Maute hanya menguasai sekitar 20 persen wilayah kota Marawi.
Pernyataan ini dilontarkan Brigjen Restituto Padilla untuk membantah klaim ISIS yang menyebut kelompok Maute masih menguasai dua pertiga kota itu setelah tiga pekan pertempuran.
“Haruskah kita percaya mereka menguasai dua pertiga kota Marawi? Dengan 202 teroris yang tewas mengapa kita harus memercayai pernyataan mereka?” ujar Padilla.
Sementara itu, Panglima Militer Mindanao Barat Letjen Carlito Galvez menegaskan, kelompok militan hanya menguasai 20 persen kota Marawi.
“Dari 96 permukiman, mereka menguasai Marinaut, Lulut, Mapandi, dan Distrik Komersial Bongolo, artinya hanya 20 persen dari wilayah Marawi dan kian hari kian menyusut,” ujar Galvez.
Hampir semua dari 200.000 penduduk Marawi meninggalkan kota itu sejak kelompok militan menyerbu tiga pekan lalu.
Namun, militer meyakini selepas pos-pos penjagaan yang didirikan tentara di jalan-jalan utama Marawi masih terdapat 500-600 orang warga sipil yang terjebak atau dijadikan sandera.
Penyerbuan Marawi oleh militan yang berafiliasi dengan ISIS membuat sejumlah negara Asia Tenggara khawatir ISIS tengah membangun basis baru setelah mulai kehilangan pijakan di Irak dan Suriah.
Editor : Muhammad Devara Pratama