OPINI  

Arti Turbulensi Dalam Dunia Penerbangan

Oleh : Raymon Lidra Mufti

Bagi anda yang pernah naik pesawat pasti pernah mengalami guncangan-gungcangan atau bahkan hempasan yang datang tiba-tiba dan akan membuat sebagian orang akan berteriak karena kaget atau ketakutan, dalam dunia penerbangan hal ini disebut dengan turbulence (turbulensi).

Ketika penumpang mengalami guncangan saat berada di ruang tertutup (pesawat) tanpa dapat menghindar dan tidak mengetahui apa yang sedang terjadi, pengalaman ini sangatlah menakutkan dan menberi tekanan (stress) mental yang tinggi bagi penumpang.

Jadi biar tidak terlalu strees ketika terjadi turbulensi ada baiknya kita pelajari apa itu turbulence beserta penyebab dan dampaknya.

Apa itu turbulensi

Pada dasarnya turbulensi terjadi karena adanya perubahan tiba-tiba dari kecepatan aliran udara yang ada disekitar pesawat udara yang dapat terjadi dalam skala kecil atau sedang dan dalam jangka waktu tertentu ketika pesawat sedang terbang di angkasa.
Berdasarkan penyebabnya turbulensi itu terjadi karena antara lain:

Thermal Turbulence atau turbulensi panas yang biasa terjadi pada ketinggian sekitar 6000 samapai dengan 30.000 meter diatas permukaan laut. Turbulen ini terjadi ketika suhu udara yang hangat dari permukaan bumi naik ke udara (ingat hukum pergerakan udara) berbenturan dengan udara yang lebih dingin di atmosfir.

Intensitas turbulensi termal tergantung dari besarnya suhu permukaan dan juga ketinggian karena suhu udara menurun seiring bertambahnya ketinggian atau disebut dengan Lapse Rate. Suhu udara menurun sekitar 3,5 derajat fahrenheit setiap 1000 feet di atmosfir.

Pada prosesnya udara yang lebih hangat dan tidak stabil akan naik dan udara yang dingin dan stabil akan turun. Hal ini karena udara yang lebih hangat memiliki densitas yang lebih rendah dan akan naik ke atas lapisan udara yang lebih dingin (yang memiliki densitas lebih tinggi).

Ketika arus udara ini menabrak pesawat terjadilah guncangan atau turbulensi. Turbulensi termal biasa terjadi pada tengah hari ketika suhu udara permukaan telah menghangat sampai suhu maksimum.
Mechanical Turbulence atau turbulen mekanis ini disebabkan oleh pergerakan arus udara permukaan yang terhalang oleh struktur fisik seperti gunung bangunan tinggi dan lain-lain yang akan menyebabkan arah aliran udara ini menyebar ke samping keatas atau bahkan berputar.

Intensitas turbulen yang diakibatkannya akan sangat tergantung dengan seberapa besar penghalang dan kekuatan arus udara yang mengalir. Turbulensi mekanikal ini mempengaruhi lapisan atmosfir sampai dengan sekitar 6000 meter diatas permukaan laut.

Shear Turbulence atau Turbulensi Geseran ini disebabkan adanya perubahan arah angin yang mendadak, dimana ketika arah angin berubah tiba-tiba baik secara horisontal maupun vertikal dalam jarak yang dekat sebagai akibat oleh adanya perbedaan tekanan udara pada suatu area. Turbulensi ini terjadi sepanjang perbatasan antara dua aliran udara yang bergerak berlawanan arah.

Aerodynamic Turbulence atau Turbulensi Aerodinamika atau sering disebut juga Wake Turbulence, dimana turbulensi ini terjadi melalui gerakan pesawat saat terbang di udara.

Pesawat yang terbang di belakangnya atau disampingnya bisa terkena efek turbulensi ini. Semakin besar ukuran pesawat, semakin besar juga efek aerodynamic turbulence-nya
turbulence intensity

Berdasarkan Intensitas nya Turbulensi dapat dibagi dalam 4 tingkat yaitu:

Light turbulence (Turbulensi tingkat 1) Bagi pilot, seperti mengemudi di jalan yang bergelombang, kecil dan relatif sangat aman tidak berbahaya. Pada light turbulensi ketinggian pesawat mungkin dapat menyimpang beberapa feet/kaki. Light turbulensi dijabarkan dengan adanya penyimpangan ketinggian sekitar 1 – 2 feet (1 meter) dan dapat membuat baku minuman bergetar.

Moderate turbulence (Turbulensi tingkat 2) biasanya berlangsung sekitar 10 sampai 15 menit, namun terkadang dapat mencapai beberapa jam dengan kejadiannya putus nyambung (on off). Pada turbulensi ini penumpang akan merasa tidak tenang dan dapat menyebabkan minuman tumpah.

Pada saat ini biasanya kru pesawat menyarankan penumpang untuk memakai sabuk pengaman (seat belt lamp alert menyala). Pada turbulensi moderate ini ketinggian pesawat dapat menyimpang sekitar 10 sampai 20 feet (3 – 6 meter).

Jika turbulensi ini berlanjut maka pilot biasanya akan merubah ketinggian agar turbulensi ini menghilang.

Severe turbulence (Turbulensi tingkat 3) sangatlah tidak nyaman akibat guncangan yang cukup keras tetapi ini tidak berbahaya. Pada saat terjadi Severe turbulence, benda – benda dalam pesawat yang tidak terikat dapat terlempar termasuk manusia (jika tidak memakai sabuk pengaman). Pada turbulensi ini ketinggian pesawat dapat menyimpang sekitar 100 feet (30 meter).

Extreme turbulence (Turbulensi tingkat 4) sangat jarang terjadi dan amat berbahaya karena turbulensi ini sulit dikendalikan sedemikian kerasnya hingga dapat mengangkat penumpang atau barang ke langit – langit dan membantingnya dengan keras kembali ke lantai. Sehingga dapat menyebabkan cedera serius.

Selain ke empat jenis turbulensi diatas, terdapat pula apa yang umumnya disebut Clear Air Turbulence (CAT). CAT ini biasanya terjadi di area tropopause yaitu ruang udara antara troposphere dan stratosphere pada ketinggian sekitar 23.000 sampai 40.000 feet.

Turbulensi CAT ini dapat terjadi tiba – tiba bahkan di cuaca yang cerah dan dapat terjadi kapan saja sepanjang rute penerbangan. Turbulensi CAT ini tidak dapat dideteksi oleh radar dan tidak ada satupun alat pada kockpit yang dapat memberikan peringatan kepada pilot akan datangnya turbulensi ini.

Turbulensi CAT ini berbahaya karena sifatnya yang mendadak hingga tidak ada cukup waktu bagi kru pesawat untuk memperingatkan penumpang untuk kembali ke kursi mereka dan menggunakan sabuk pengaman. Oleh karena sifatnya yang mendadak itu, CAT sering menyebabkan cedera pada penumpang dan kru pesawat akibat turbulensi.

Namun demikian, dengan adanya pertukaran informasi penerbangan dari pesawat lain yang melalui rute penerbangan yang sama, maka informasi akan adanya CAT atau informasi lainnya dapat yang disalurkan ke pesawat lainnya melalui air traffic control, sehingga pilot kemudian dapat mengantisipasi dan menimbang pilihan terbaik atas rute perjalanan penerbangan.

Selain penyebab turbulensi seperti yang dijelaskan di atas, awan comulus nimbus juga biasanya di hindari oleh para pilot karena dapat menyebabkan turbulensi. Awan comulus nimbus ini mengandung air yang mana pada bagian atas awan ini mengandung butiran es dan didalamnya dapat disertai badai petir. Butiran es ini berbahaya bila masuk ke dalam mesin pesawat karena dapat menyebabkan mesin pesawat mati.

Pesawat modern di rancang untuk memiliki kemampuan mengatasi berbagai tekanan yang lebih besar daripada tekanan yang diperoleh saat terjadi turbulensi. Sehingga pesawat modern tidak mudah rusak atau patah hanya karena mengalami turbulensi.
Struktur pesawat modern dapat menahan segala gangguan mulai dari serangan kawanan burung hingga sambaran petir, suhu panas dan dingin yang ekstrim, dan hembusan angin yang sangat kencang.

Jadi ingatlah, ketika pilot dan kru pesawat menyarankan anda untuk memakai sabuk pengaman ketika anda sedang duduk itu, sebenarnya itu adalah untuk memperingatkan agar anda aman ketika tiba – tiba terjadi Clear Air Turbulence (CAT) yang biasanya sering menyebabkan cedera.

Ingat : Memakai sabuk pengaman setiap saat selama penerbangan berlangsung, dapat mencegah anda terkena cedera serius yang diakibatkan oleh turbulensi.
akibat turbulensi

Dampak turbulensi intensitas sedang sampai berat

Faktanya turbulensi memang penyebab paling umum dari cedera yang dialami oleh penumpang pesawat. Namun secara statistik jumlah penumpang yang mengalami cedera yang disebabkan oleh turbulensi amatlah sedikit jika dibandingkan dengan banyaknya jumlah penumpang yang melakukan penerbangan dengan aman setiap harinya.
Jadi pada intinya turbulensi menyebabkan ketidaknyamanan namun tidak berbahaya, turbulensi itu adalah bagian dari perjalanan penerbangan jadi tidak perlu ditakuti. Demikianlah informasi tentang turbulensi pada pesawat udara

Sumber :

aviationknowledge.wikidot.com

Wagtendonk, W. (2003). Meteorology for Professional Pilots. Bay of Plenty, New Zealand: Aviation Theory Centre (NZ) Ltd

www.askthepilot.com

dan beberapa sumber lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.