MALANG, kabarpolisi.com – Diskusi dan bedah buku berjudul “Salju di Aleppo” yang diselenggarakan jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang dibatalkan. Semula, diskusi buku dilakukan di ruang rapat 7A gedung Profesor Darsono kampus pada Jumat siang, 5 Mei.
Para mahasiswa program studi hubungan internasional dan mahasiswa lainnya pun kecewa dengan pembatalan sepihak oleh rektorat. Mereka menyampaikan kekecewaan itu dalam bentuk aksi unjuk rasa di depan gedung rektorat.
Menurut Koordinator Aksi, Nando Pratama acara diskusi buku itu sudah mengantongi izin dari pihak dekanat.
Tetapi, rektorat tetap membatalkan secara sepihak karena mereka khawatir ada tekanan dari ormas radikal dan intoleran.
“Dikusi dan bedah buku sudah mendapatkan izin dari dekanat ko,” kata Nando.
Dia menilai alasan rektorat tidak masuk akal. Sebab, tidak ada yang keliru dengan diskusi bedah buku tersebut.
Dikutip dari Rappler.com buku yang ditulis oleh Dina Y. Sulaeman itu mengupas sisi lain perang di Suriah, termasuk maraknya berita bohong dan hoax terkait konflik sipil di sana. Buku itu, kata Nando, sama sekali tidak menyinggung soal syiah seperti yang dituduhkan ormas tertentu.
“Memang ada pembahasan tentang presiden Bashar Al-Assad dan Syiah serta beberapa organisasi lain. Tapi itu berkaitan dengan kajian perang Suriah, bukan buku yang memuat ajaran Syiah seperti yang dituduhkan oleh kelompok penekan,” kata Dina.
Bedah buku itu justru dianggap penting oleh mahasiswa program studi hubungan internasional. Alasannya buku itu terkait dengan mata kuliah yang mengkaji regionalisme Timur Tengah, konflik, dan keamanan Internasional.
Namun, sehari sebelum diadakan, pihak kampus menerima sebuah surat dari ormas tertentu yang menjelaskan bahwa isi buku sarat dengan kegiatan syiah. Sementara, keberadaan syiah di Indonesia sebagai kelompok minoritas masih menjadi perdebatan.
Tetap digelar
Menurut Nando, pembatalan acara diskusi buku itu menjadi preseden buruk bagi mimbar kebebasan akademik di Universitas Brawijaya. Apalagi dibatalakan secara sepihak hanya karena khawatir terhadap ormas tertentu.
Dekan FISIP Universitas Brawijaya, Unti Ludigdo, mengatakan acara diskusi buku dibatalkan karena ada permintaan dari beberapa pihak yang tidak sepaham dengan penulis.
“Ada pihak yang berafiliasi pada ormas tertentu meminta acara dibatalkan,” kata Unti melalui pesan pendek pada Jumat, 5 Mei.
Unti mengatakan jika diskusi buku tetap dilakukan maka berpotensi memicu kericuhan di masyarakat. Sedangkan ketika Rappler menghubungi rektor Universitas Brawijaya, Muhammad Bisri, tidak menerima respons.
Belakangan, diskusi dan bedah buku diselenggarakan di Kafe Pustaka Universitas Negeri Malang. Sekitar 100 an orang mengikuti acara itu. Kegiatan diskusi berlangsung meriah dan tidak ada kericuhan seperti yang dikhawatirkan. (hadi santosa)