Dituduh Mendukung Terorisme, Qatar Dimusuhi Enam Negara Tetangga

JAKARTA, kabarpolisi.com – Enam negara Arab putuskan hubungan diplomatik: Ada apa dengan Qatar?

Begitu judul portal berita CNNIndonesia.com.

Yaman mengikuti jejak Arab Saudi, Mesir, Bahrain, Libia, dan Uni Emirat Arab memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, yang dituding melakukan langkah yang mengganggu keamanan kawasan Teluk.

Mereka menuding Qatar mendukung kelompok-kelompok militan deperti yang menamakan diri Negara Islam (ISIS) dan Al Qaida, tuduhan yang disangkal Qatar.

Kantor berita Saudi, SPA, menyebutkan bahwa Riyadh telah menutup perbatasannya dan memutus sekuruh kontak darat, laut dan udara dengan negara di Semenanjung Arab itu.

Qatar menyebut keputusan itu ‘tak bisa dibenarkan’ dan ‘tidak didasarkan pada fakta-fakta’.

Langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya ini dipandang sebagai perpecahan serius antara negara-negara kuat di Teluk, yang juga merupakan sekutu-sekutu dekat AS.

Belakangan, terjadi peningkatan ketegangan antara negara-negara Teluk dan negara tetangga mereka, Iran. Saudi menuduh Qatar bekerja sama dengan milisi yang didukung Iran.

Apa yang telah terjadi?

Pemutusan hubungan diplomatik dilakukan oleh Bahrain kemudian Arab Saudi pada Senin pagi (05/06). Sekutu mereka segera menyusul.

Kantor berita SPA mengutip pejabat yang mengatakan bahwa keputusan tersebut diambil untuk “melindungi keamanan nasional dari bahaya terorisme dan ekstremisme”.

Tiga negara Teluk (Bahrain, UEA, Saudi) memberikan waktu dua pekan bagi semua warga negara Qatar yang berada di negara-negara itu untuk meninggalkan wilayah mereka.

Dalam perkembangan terakhir:
UEA memberi waktu 48 jam kepada para diplomat Qatar untuk meninggalkan negara itu. Abu Dhabi menuduh Qatar ‘mendukung, mendanai, dan merangkul terorisme, ekstremisme dan organisasi sektarian’, kata kantor berita negara itu, WAM

Maskapai penerbangan UEA Etihad Airways, Emirates dan Flydubai mengatakan mereka akan menghentikan semua penerbangan ke dan dari ibu kota Qatar, Doha mulai Selasa (06/06)

BACA JUGA  Sekda Jateng Minta Tim Saber Pungli Kawal Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih

Tiga negara Teluk mengatakan mereka menutup wilayah udara mereka dari Qatar Airways.

Kantor berita pemerintah Bahrain mengatakan mereka memutus hubungan diplomatik karena Qatar ‘mengganggu keamanan dan stabilitas negeri itu dan ikut campur dalam urusan dalam negeri Bahrain’

Menurut SPA, koalisi militer negara-negara Arab yang dipimpin Saudi yang memerangi pemberontak Yaman di Houthi juga mengusir Qatar dari aliansi itu karena ‘praktik-praktik Qatar yang memperkuat terorisme’ dan dukungan Qatar terhadap kelompok-kelompok ekstremis

“seperti al-Qaida dan Daesh (ISIS) serta berhubungan dengan milisi pemberontak’

Para menteri negara-negara Teluk jelang KTT Dewan Kerja Sama Teluk: Menlu Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim al-Thani (kiri) Menlu Arab Saudi Adel al-Jubeir (ketiga dari kiri), Menlu Bahrain Khalid bin Ahmed al-Khalifa (ketiga dari kiri), Menlu UEA Anwar Gargash (keempat dari kiri) di Riyadh, 17 Mei 2017.

Bagaimana konteksnya?

Pemutusan hubungan dengan Qatar memang berlangsung tiba-tiba, namun tidak terjadi begitu saja karena ketegangan telah berkembang selama bertahun-tahun, dan terutama dalam beberapa pekan terakhir.

Dua pekan yang lalu, negara-negara itu memblokir situs berita Qatar, termasuk Al Jazeera.

Media pemerintah Qatar memuat pernyataan kontroversial yang disebut dikemukakan oleh Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani yang mengkritik Arab Saudi.
Pemerintah di Doha menyebut bahwa itu pernyataan palsu, dan menudingnya sebagai perbuatan suatu ‘kejahatan siber yang tercela’.

Sebelumnya, pada tahun 2014, Arab Saudi, Bahrain dan UEA menarik duta besar mereka dari Qatar selama beberapa bulan sebagai protes atas tudingan campur tangan dalam urusan dalam negeri mereka.
Qatar mengatakan bahwa kantor berita mereka telah diretas.

Presiden AS, Donald Trump, berjumpa Presiden Mesir Abdul Fatah al-Sisi dan Raja Salman dari Saudi, dua pekan lalu.

BACA JUGA  Kepolisian Siapkan Strategi Optimal untuk Ops Lilin 2024 Natal dan Tahun Baru

Secara lebih luas, ada dua faktor kunci yang mendorong keputusan itu: hubungan Qatar dengan kelompok-kelompok Islam radikal, dan peran Iran, seteru Arab Saudi.

Kendati Qatar bergabung dengan koalisi AS melawan ISIS, para pemimpin Syiah Irak menuding bahwa mereka memberikan dukungan finansial kepada ISIS.

Namun, orang-orang kaya di Qatar diyakini memberikan sumbangan besar kepada ISIS, sementara pemerintah Qatar memberi bantuan uang dan senjata kepada kelompok Islam garis keras di Suriah.

Qatar juga dituduh memiliki hubungan dengan kelompok yang sebelumnya dikenal sebagai Front al Nusra, yang berafiliasi dengan al-Qaida.

Pernyataan SPA menuduh Qatar mendukung kelompok-kelompok ini, serta mendukung Ikhwanul Muslimin yang dilarang di berbagai negara Arab, dan bahwa Qatar terus menerus ‘mempromosikan pesan dan gagasan kelompok-kelompok ini melalui media mereka’.

Arab Saudi, sebuah negara Sunni, juga menuduh Qatar mendukung militan Syiah di Bahrain dan provinsi Qatif di Saudi timur. Qatar berulang kali menolak tudingan kaitan mereka dengan Iran.

Arab Saudi juga telah dituduh mendanai ISIS, secara langsung atau dengan tidak mencegah kiriman uang donor swasta ke kelompok tersebut, tuduhan yang dibantah Saudi.

Dalam beberapa hari terakhir, Perdana Menteri Inggris Theresa May mendapat tekanan dari partai pesaing untuk mempublikasikan sebuah laporan yang diduga berfokus pada pendanaan Saudi terhadap kelompok-kelompok ekstremis Inggris.

Negara-negara teluk kini menutup wilayah udaranya dari penerbangan Qatar Airways.
Apa reaksi yang muncul?

Qatar, yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia sepak bola pada 2022, mengecam pemutusan hubungan diplomatik ini melalui komentar yang disiarkan di Al Jazeera.

“Langkah-langkah itu tidak dapat dibenarkan dan didasarkan pada anggapan dan tuduhan yang tidak memiliki dasar,” lapor Al Jazeera mengutip kementerian luar negeri Qatar.

BACA JUGA  Sekda Jateng Minta Tim Saber Pungli Kawal Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih

Dikatakan keputusan tersebut ‘tidak akan mempengaruhi kehidupan keseharian warga dan penduduk’.

Protes warga Sanaa atas operasi koalisi pimpinan Saudi, Maret lalu.
Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson, saat berbicara di Sydney, mendesak negara-negara tersebut untuk menyelesaikan perbedaan mereka melalui dialog.

“Saya berharap bahwa hal ini tidak akan memiliki dampak besar, kalau saja ada dampaknya, pada perjuangan bersama melawan terorisme di wilayah ini atau di seluruh dunia,” tambahnya.

Salah satu dampak yang bisa terasa langsung adalah ihwal stabilitas pangan: setiap hari, ratusan truk melintasi perbatasan Saudi-Qatar, dan pangan adalah salah satu muatannya yang paling utama.

Diperkirakan, sekitar 40% pangan Qatar dipasok melalui jalur ini (devara)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.