Hoax Radiasi Handphone Beredar di Medsos

JAKARTA,kabarpolisi.com – Para penyebar hoax membuat para orang tua wali murid kebingungan saat membaca pesan yang tersebar di WhatsApp.

Kabar pelajar asal Sedati Sidoarjo yang kritis akibat virus radiasi handphone (Hp), dirubah dengan siswa kelas 4 SD bernama Ega, agar terkesan benar benar terjadi

 “Mohon perhatian untuk anak-anak ataupun semuanya ini murid klas 4 SDN Kota Kulon namanya Ega, Sabtu kemarin mengeluh pusing yang hebat oleh ortunya dibawa ke RSI hasil diagnose dia terkena Virus Jerman melalui HP Game online, tadi malam dirujuk ke RS Karang Menjangan (RS Dr Soetomo, Red) dan sekarang koma. Untuk itu anak-anak harap waspada radiasi HP ternyata sangat berbahaya,” begitulah bunyi pesan tersebut. 

Foto yang disebarkan itu pun sama dengan terbitan Jawa Pos di halaman 2 hoax atau bukan Jumat 19 Januari. Bahkan, kata-katanya bukan dari SDN Kota Kulon 4, melainkan anak di daerah Gabung Sedati Gede, Sidoarjo. Dalam terbitan Jawa Pos kabar tersebut juga dinyatakan hoax. Pihak RSUD dr Soetomo pun menyatakan anak dalam foto tersebut, sakitnya bukan virus radiasi ponsel melainkan GBS atau Guillains Barre Syndrome. Yakni, kumpulan gejala kelemahan pada anggota gerak.

Dokter Poli Jiwa RSD dr Koesnadi dr Dewi Prisca Sembiring SpKj mengakui, kabar ada pelajar bernama Ega dari SDN Kota Kulon 4 terkena virus radiasi Hp adalah hoax. “Oh yang itu hoax,” katanya. Perbincangan kabar tersebut pun juga hangat di kalangan petugas medis dan sudah tahu itu hoax. “Dari teman saya orang sana itu juga mengatakan tidak ada yang namanya Ega,” tambahnya

Dia menjelaskan, tidak ada lagi tambahan anak atau pelajar yang mengalami gangguan kejiwaan akibat gadget. “Terakhir pelajar SMP dan SMA, tapi kini sudah membaik, dan sudah kembali ke sekolah,” ujarnya.

Kata-kata virus Jerman tersebut pun juga baru didengar dokter spesialis jiwa ini. Mencari di mesin pencarian internet google tentang virus jerman, yang keluar adalah rubella (campak jerman).

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dispendikbud) Bondowoso Endang Hardiyanti mengatakan, hingga saat ini tidak ada yang melaporkan kejadian pelajar SD terkena virus jerman gara-gara HP. 

Dispendik Layangkan Edaran

Terkait penggunaan gadget, dispendik sudah melayangkan edaran ke sekolah-sekolah. “Edaran baik melalui lisan dan tertulis sudah dilakukan,” katanya. Dalam edaran tersebut pada intinya, agar membatasi anak-anak dalam pemakaian Hp bagi sekolah yang memperbolehkan membawa. Selain itu sekolah juga harus melakukan pemantauan siswanya, dan mengefektifkan jam pelajaran. “Kalau pada jam pelajaran siswa ini tidak akan bermain Hp, kalau bermain pasti ditegur oleh gurunya,” terangnya.

Anak-anak yang bermain Hp di sekolah pun setidaknya 15-30 menit saja di waktu istirahat.  Jika Peluang bermain Hp pun banyak dilakukan di luar sekolah. Sehingga, peran orang tua untuk mendampingi pemakaian Hp juga diperlukan. “Bukan melarang anak bermain gadget atau Hp, tapi dibimbing. Karena di sekolah juga ada pelajaran Teknologi Informasi (TI), harus bijaksana pemakaian teknologi ini,” tambahnya. 

Endang mengaku memang tidak semua sekolah punya aturan yang sama dalam penggunaan Hp. Apalagi Hp ini juga penting sebagai alat komunikasi mereka dijemput oleh orang tuanya. “Aturan setiap sekolah berbeda, ada yang menyikapi itu dengan menitipkan Hp di ruang guru, ada juga yang tidak boleh bawa Hp sama sekali,” tambahnya. Justru yang sering dilakukan sekolah adalah merazia konten-konten dewasa di Hp pelajar. Hal itu untuk mencegah kenakalan remaja, dan di dispendikbud pun ada tim pencegahan kenakalan remaja. 

Dispendikbud Bondowoso pun terus berupaya menekan kenakalan remaja, dan ketergantungan Hp. Salah satunya adalah lewat ekstrakulikuler, dan gerakan kembali ke musala.(Doni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.