Kapolri Jendral Polisi Listyo Sigit kunjungi Muhammadiyah, Jumat (29/1/2021) (Dok. Humas Mabes Polri)
Jakarta – Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meminta pimpinan Polri di daerah untuk mendengar aspirasi anak buahnya. Sebaliknya, para pimpinan kepolisian disebutnya juga harus bisa mengendalikan emosi.
Hal itu disampaikan Kapolri Listyo Sigit Prabowo saat menghadiri penutupan pendidikan Sespimti Polri Dikreg ke-30, Sespimen Polri Dikreg ke-61 dan Sespimma Polri Angkatan ke-66, di Lembang, Jawa Barat, Rabu (27/10/2021).
Awalnya, Listyo menyebutkan bahwa seorang pemimpin harus mau turun ke bawah untuk mendengarkan secara langsung aspirasi dari masyarakat dan anggotanya.
Pemimpin yang kuat akan mampu menciptakan rasa saling menghormati antara pimpinan dan jajarannya.
Sigit menekankan, dalam menjalankan tugas, pemimpin tidak boleh mudah terpancing emosinya. Hal itu, kata dia, dapat berpengaruh pada tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat.
“Turun langsung ke lapangan agar tahu apa yang dirasakan masyarakat dan anak buah. Jaga emosi, jangan terpancing. Emosi mudah meledak akan akibatkan perbuatan yang tidak terukur. Apalagi diberikan kewenangan oleh undang undang maka tindakan tidak tersebut akan berpotensi menjadi masalah,” kata Sigit.
Seorang pemimpin, kata Sigit, harus memiliki sifat dan sikap yang kuat, menguasai lapangan, bergerak cepat, responsif, peka terhadap perubahan dan berani keluar dari zona nyaman.
Ia juga menyampaikan bahwa pemimpin harus mampu menjadi teladan bagi semua pihak.
Hal itu sesuai dengan semangat lahirnya konsep Presisi yaitu Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan.
“Jadilah pemimpin yang melayani. Pemimpin yang bisa melayani dan menempatkan anggota dan masyarakat sebagai prioritas. Jangan hanya memerintah tapi tidak tahu kesulitan. Ini menjadi masalah,” ungkap dia.
Sigit menyatakan, konsep Presisi akan bisa dirasakan masyarakat dan internal kepolisian, apabila benar-benar diimplementasikan dengan baik.
Ia meyakini gagasan itu akan mampu membuat institusi Polri semakin diharapkan oleh masyarakat Indonesia.
“Itu yang saya tuangkan dalam konsep Presisi. Bagaimana kita menghadirkan pemolisian yang prediktif, responsibilitas dan mampu melaksanakan semua secara transparan dan memenuhi rasa keadilan. Ini menjadi harapan masyarakat dan tugas rekan-rekan untuk mampu mewujudkan semua ini dari level pemimpin sampai dengan pelaksana,” kata Sigit.
Dalam perjalanannya, konsep Presisi telah melahirkan tingkat kepercayaan masyarakat yang meningkat berdasarkan survei di pertengahan tahun.
Namun, Sigit mengakui, belakangan ini tren positif kepercayaan itu mengalami penurunan karena adanya beberapa perbuatan oknum.
Sebelumnya, media sosial sempat diramaikan oleh sebuah video dugaan penganiayaan eks Kapolres Nunukan, AKBP SA, terhadap salah satu anggotanya Brigadir SL di sebuah acara kemanusiaan.
Video itu pun kemudian tersebar dan viral di media sosial.
Video berdurasi 43 detik tersebut menunjukkan bahwa peristiwa penganiayaan itu saat kegiatan baksos Akabri 1999 Peduli.
Adapun video itu juga tertera waktu peristiwa itu diduga terjadi pada 21 Oktober 2021.
Tata Tanur