Kolase Kompas.com Dan Kompas TV
Kabarpolisi.COM – Kasus pembunuhan Brigadir J dinilai sangat kontroversial.
Dikarenakan kasus tersebut melibatkan Ferdy Sambo yang berpangkat jenderal bintang dua.
Sehingga karena ulahnya citra institusi polri menjadi sangat jelek.
Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo buka suara mengenai kasus Ferdy Sambo,dilansir Youtube Kompas TV.
“Kan saya sudah sering sampaikan bahwa ikan busuk mulai dari kepala, kalau kita tidak bisa perbaiki, kita potong kepalanya,” jawabnya.
“Tapi itu nggak cukup, sekarang nggak terlalu banyak banyak, yang melanggar langsung kita potong,” jelasnya.
Karena sayang dengan Polri ia rela memecat anggota bersalah.
Kapolri memikirkan nasib polisi di daerah terpencil yang semangat bekerja.
“Justru karena sayang dengan Polri, selama ini bekerja mati matian, bagaimana mereka di daerah terpencil semangat, jadi kalau hanya beberapa orang, mereka rusak saya lebih baik potong,” jelasnya.
Kini publik menunggu bagaimana ketegasan Kapolri untuk oknum polisi bersalah selanjutnya.
Ferdy Sambo Disebut Punya Pengaruh Sampai ke Daerah, Penyidik Sampai Ikut Ketakutan, Kapolri Tegas
Kasus pembunuhan Brigadir J dikediaman Irjen Pol Ferdy Sambo hingga kini masih terus menjadi perhatian publik.
Sejumlah polisi ikut terbawa-bawa dalam kasus ini.
Kini yang terbaru, Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo blak-blakan bicara kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Termasuk di awal kasus ini mencuat, Kapolri mengakui sempat kesulitan membongkar kasus itu.
Menurut Sigit, penyidik yang menangani kasus ini bahkan sempat takut memproses kasus yang melibatkan mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri Irjen Ferdy Sambo itu.
“Kita lihat penyidik pun saat itu sempat takut, karena ada bahasa-bahasa bahwa mereka semua nanti akan berhadapan dengan yang bersangkutan (Ferdy Sambo),” ujar Sigit dalam program Satu Meja di Kompas TV, Rabu (7/9/2022).
Dengan kesulitan tersebut, kata Sigit, ia memutuskan untuk membentuk tim khusus (timsus) yang melibatkan pejabat utama Polri seperti Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono, Irwasum Komjen Pol Agung Budi Maryoto dan Kabareskrim Komjen Agus Andrianto.
“Kita libatkan para pejabat utama Polri, saya libatkan Pak Wakapolri, Pak Irwasum, Kabareskrim serta beberapa tim yang memiliki integritas,” ujarnya.
Ditakuti Polisi Sampai ke Daerah
Pengamat Kepolisian, Bambang Rukminto, mengakui pengaruh Irjen Ferdy Sambo sebagai mantan Kadiv Propam Polri tidak hanya di pusat namun mengakar sampai ke daerah-daerah.
Bambang menilai masyarakat optimis kasus ini bisa selesai jika melihat komitmen Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
“Hanya problemnya, Ferdy Sambo bukan serta merta menjadi Kadiv Propam. Dia mempunyai proses yang sangat panjang dan pengaruhnya juga mengakar sampai ke daerah-daerah,” tutur Bambang Rukminto dalam program Satu meja The Forum Spesial ‘Siasat Kapolri di Pusaran Kasus Sambo’ di Kompas TV, Rabu (7/9/2022) malam.
Mengapa?
Menurut Bambang, sebagai seorang Kadiv Propam maka Ferdy Sambo bisa merekomendasikan seseorang masuk sekolah atau pendidikan, memiliki karier, atau menjabat jabatan yang ‘basah’.
“Itu yang menjadi tarik ulur Ferdy Sambo dengan jaringannya. Makanya kalau ini dijadikan sebagai momentum bersih-bersih internal, mereka ini harus benar-benar dievaluasi ulang.”
Saat ditanya, siapa yang dimaksud dengan ‘mereka’, Bambang menyebut hampir semua jaringan Sambo.
“Kalau Kapolri komitmen untuk membersihkan institusi Polri dan ingin mengembalikan kepercayaan masyarakat, secepatnya tentunya semuanya harus dibersihkan tanpa terkecuali,” ulangnya.
Karena, lanjut Bambang, memilah-milah seseorang, terutama yang berada dalam isu terkait ini, akan memunculkan pertanyaan bagi masyarakat, mengapa yang ini diperiksa dan yang lain tidak.
Terebih, lanjut dia, di tengah masyarakat sering kali muncul anggapan bahwa hukum itu tajam ke bawah, tumpul ke atas.
Dalam acara itu, Bambang juga menyebut adanya kemungkinan Ferdy Sambo membongkar segala yang dilakukannya di internal kepolisian saat persidangan nanti.
“Itu mungkin saja terjadi, dan itu risiko untuk bersih-bersih.”
“Memang akan menyakitkan semuanya, tetapi demi Polri di masa depan yang bersih dan berwibawa, itu harus dilakukan,” ucap dia.
Hanya saja, lanjut Bambang, semua itu akan diperjelas dan akan dilihat seberapa jauh keterlibatan para personel itu dalam jaringan tersebut. ( ***)