Kenangan Wapres Jusuf Kalla bersama Wakapolri Saat Tsunami Aceh 2004

Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Kepala BIN Jenderal Polisi Budi Gunawan dan Wakapolri Komjen Polisi Syafruddin waktu menyaksikan peristiwa lokasi ledakan bom bunuh diri di Kampung Melayu (Ist)

JAKARTA, kabarpolisi.com. Tsunami yang menerjang wilayah Aceh pada 26 Desember 2004 silam, mengakibatkan puluhan ribu orang tewas menjadi kenangan khusus bagi Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla.

Di mana saat itu JK masih didampingi oleh Wakapolri Komjen Polisi Syafruddin. yang saat itu masih berpangkat Kombes Polisi dan masih menjadi ajudan JK.

Wapres yang akrab dipanggil Pak JK bercerita soal dirinya yang mengeluarkan fatwa untuk korban tsunami yang tidak perlu disalatkan.

JK yang kala itu didampingi oleh Wakapolri, mengeluarkan fatwa tersebut, karena JK mengatakan yang meninggal adalah syahid dan tidak perlu disalatkan.

“Saya kasih tahu untuk panggil para ulama. Lalu dicari, tapi tidak ada satu pun yang ketemu karena dia menyelamatkan diri juga,” terang JK.

Wakil Presiden RI kala itu tidak kehabisan akal dan langsung mengambil inisiatif.

“Saya katakan, saya tertinggi di sini dan saya juga pernah sekolah agama. Menurut pendapat saya, mereka ini syahid dan tidak perlu disalatkan dan dimandikan,” ucap JK.

Dari video yang disebarkan Setwapres RI Selasa (26/12), Wapres JK terlihat berbincang santai dengan rekan-rekannya sembari menceritakan kisah saat mendatangi lokasi tsunami di Aceh.

Dia menyoroti soal perlu atau tidaknya memandikan jenazah korban tsunami sebelum dikuburkan.

“Jadi (mereka) tanya bagaimana pak ini? mayat sudah mau busuk ini bagaimana caranya. Eh, saya ini saya bilang tertinggi di sini. Kedua, saya juga pernah sekolah agama, punya kewenangan. Panggil Gubernur dan mari. Dulu pendapat saya ini sahid karena itu tidak perlu dikafankan, tidak perlu dimandikan dan tidak perlu disalatkan,” kisah JK.

Pada saat itu, JK terus menegaskan bahwa jenazah korban tsunami Aceh tidak perlu dimandikan atau pun disalatkan. Jenazah tersebut langsung saja dikebumikan.
“Fatwa bahwa yang meninggal itu sahid tentu tidak perlu disalatkan dan tidak perlu dimandikan,” ucapnya.

JK menambahkan, jikalau ingin memandikan dan menyalatkan jenazah maka akan mengalami kesulitan. Sebab, jumlah korban tsunami Aceh bukan ratusan tapi ribuan orang.

“Kalau pun mau bagaimana caranya? Bagaimana? Setuju (kata mereka),” kata JK mengenang.

Tsunami menerjang Aceh menyusul gempa bumi berskala 9,1 SR. Akibat tsunami, sekitar 170.000 warga Aceh tewas. (BIT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.