JAKARTA, kabarpolisi.com – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sudah meminta Google untuk mencabut aplikasi terkait lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Play Store. Menteri Rudiantara menyebut ada 73 aplikasi yang diminta untuk tidak muncul lagi di Indonesia.
Aplikasi-aplikasi tersebut didominasi penyedia jaringan chatting, media sosial dan kencan online bagi LGBT. “Kami minta agar itu di-take down. Baru 15 Januari lalu kami kirim (surat) ke mereka,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Senin (22/1).
Salah satu aplikasi yang jadi sorotan dalam kasus ini adalah Blued, semacam jejaring sosial yang juga menyediakan fasilitas chatting khusus gay. Melalui Blued, mereka bisa berinteraksi dalam bentuk teks, foto, dan video.
Dilansir Katadata.com, selain aplikasi, Blued juga dapat diakses melalui situs web. Rudiantara menyatakan bahwa timnya telah lebih dari lima kali memblokir situs ini, namun kelompok yang sama lalu memunculkannya kembali dengan Domain Name System (DNS) yang berbeda. Bahkan, hingga saat ini pun aplikasi tersebut masih ada di Play Store.
Selain itu, mesin pengais konten negatif Kominfo juga menyisir akun-akun di media sosial yang terkait LGBT. “Kalau akun per akun seperti di situs kami mampu mengais dan memblokir,” ujarnya.
Sepanjang tahun lalu, Kominfo sudah memblokir 787.662 situs, namun 387 di antaranya dinormalisasi karena tidak terbukti memuat konten negatif. Di antara situs yang diblokir tahun lalu, di antaranya adalah 776.882 situs pornografi. Sementara sisanya terkait judi, penipuan, kekerasan, hingga radilakisme.
Selain dari temuan pemerintah, Rudiantara menjelaskan, Kominfo juga memblokir situs dari aduan masyarakat. “Aduan dari masyarakat atas situs negatif melalui email atau WhatsApp, facebook,” ujar Rudiantara.
Anggota Komisi I dari Fraksi Demokrat Roy Suryo Notodiprojo meminta Kominfo mewaspadai pergerakan kelompok LGBT yang dinilainya leluasa melakukan pertemuan melalui media sosial. “Infrastruktur untuk tapis ini kan sudah ada, biayanya juga mahal. Tolong itu jangan dilewatkan atau diabaikan,” tutur Roy. (Arief)