Rizieq Shihab
JAKARTA, kabarpolisi.com – Mantan pengurus besar HMI periode 2013-2015 Firman Dwi K mengaku pertama kali mengagumi sosok pentolan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab yang berhasil mengumpulkan jutaan umat muslim dengan menggelar aksi super damainya menuntut pemerintah agar adili penista agama.
“Aksi yang superdamai yang dinahkodainya itu membuat mayoritas orang awam seperti saya, menganggap bahwa dia adalah panutan bagi umat muslim di era modern ini. Awalnya demikian,” ungkap Firman hari ini seperti dikutip Posmetropol.com
Namun, lanjut arek Jawa Timur itu, ketika muncul kasus yang menyerang Rizieq dengan beredarnya percakapan mesum via Whatsapp yang katanya adalah kriminalisasi untuk mencegah perjuangan Islam, sehingga digiring untuk percaya bahwa memang benar ada upaya kriminalisasi.
Selanjutnya, kata dia, hingga pada saat Rizieq yang tak kunjung kembali ke tanah air alias mangkir dari panggilan Kepolisian kepercayaan masyarakat kini mulai pudar. Harusnya, jika dia merasa tidak bersalah, hadapi saja proses hukumnya dan tak perlu kabur bolak-balik Malaysia – Arab Saudi.
“Harusnya Rizieq tak perlu mangkir dari panggilan. Logika saya sederhana, kalau tak bersalah mengapa menghindar atau menghambat proses dari panggilan?,” ujarnya.
Padahal sebelumnya, tambah Firman, Rizieq kerap mendengungkan bahwa dipenjara adalah hal yang biasa, dibunuh sekalipun! Karena itu resiko perjuangan. Namun, kini ucapannya seolah tong kosong nyaring bunyinya.
“Ini jadi tidak sesuai dengan prakteknya. Saya yakin pandangan publik terhadap Habib Rizieq mulai berbelok arah. Harusnya kan bisa memposisikan dirinya sebagai ksatria yang bisa di ikuti tindak tanduk perilakunya,” tuturnya.
Terlebih, menurut Firman figur Rizieq telah menjadi representative Islam kekinian. Ketidakhadirannya dalam pemeriksaan membuat masyarakat dan umat Islam kebanyakan mulai bertanya-tanya, mungkinkah chat dugaan mesum sang Habib itu benar adanya?
“Ataukah sang Habib memang sebagai bagian dari skenario yang dibuat oleh para penguasa ?,” tanya dia.
Masih kata Firman, andai kata memang benar Rizieq melakukan chat tersebut dengan Firza maka seharusnya tak perlu malu untuk mengakuinya dan malah secara jantan dan lantang untuk mengakui bahwa benar ada hubungan antara beliau dengan Firza.
“Bukan malah menghindar dan menuduh beliau dijebak,” ujarnya
Tapi, kata dia, jika memang Rizieq tidak melakukannya, maka sudah seharusnya secara jantan untuk datang memenui panggilan. Karena masyarakat akan menilai bahwa benar terdapat kriminalisasi ulama.
“Bukan malah mangkir dan bahkan seakan-akan menomersekiankan masalah pemanggilan tersebut. Tindakan sang Habib tidak memenui panggilan membuat mayoritas masyarakat awam seperti saya mengalami ketidak percayaan lagi terhadap Sang Habib,” bebernya.
Lebih jauh, Firman menegaskan dengan ketidakhadiran Rizieq justru membuat citra umat Muslim yang ikutan aksi berseri dan berjilid-jilid itu bisa menjadi boomerang bagi dirinya sendiri bahkan bagi umat Islam pada umumnya. Sebab, Rizieq merupakan panutan umat Islam yang berjuang membela agamanya dan juga pahlawan yang telah membuat umat muslim bangga.
“Jangan sampai citra umat Islam tercoreng. Kedatangan HRS pada aksi damai kemarin menjadikan beliau sebagai pahlawan, tapi ketidak hadiran beliau menunjukkan beliau ternyata bukan siapa – siapa dan ternyata sama seperti yang lain nya! From Hero to zero!,” tandasnya.
Editor : Hadi Santoso