Mengenal Telegram, Aplikasi yang Bikin “Gerah” Pemerintah

JAKARTA, kabarpolisi.com – Kabar Telegram yang diblokir pemerintah Indonesia mengingatkan satu hal bahwa aplikasi asal Rusia ini sudah dikenal bikin pusing pemerintah di berbagai negara.

Telegram diciptakan oleh kakak beradik Pavel Durov dan Nikolai Durov diluncurkan pada 2013 silam. Pavel berperan mendanai dan mengurus infrastruktur, sementara Nikolai menciptakan protokol dasar layanan.

Durov bersaudara merancang Telegram sebagai layanan terbuka yang bisa digunakan di perangkat Android, iOS, Windows, maupun Ubuntu. Telegram juga bisa diakses melalui versi situs web.

Salah satu ‘jualan’ utama Telegram adalah fitur keamanan yang rapat. Hal ini menjadikannya salah satu layanan pesan instan terenkripsi yang membungkus konten percakapan agar tak bisa diintip– termasuk oleh perusahaan pembesut.

Ketimbang WhatsApp atau Line lebih populer di Indonesia, Telegram tergolong sebagai yang pertama memakai enkripsi. Di samping enkripsi mereka juga beberapa fitur seperti ‘secret chat’ dan ‘destruct’ yang bisa menghapus isi pesan menggunakan timer.

Namun fitur keamanan itu pula yang menyebabkan Telegram sering bikin repot pemerintah. Rusia misalnya, beberapa kali tercatat berupaya memblokir layanan tersebut.

Salah satu upaya pemerintah terlihat ketika insiden pengeboman di St. Petersburg. Mereka menemukan bukti bahwa Telegram jadi alat komunikasi pelaku pengeboman.

“Mereka menyediakan medium percakapan rahasia dengan enkripsi tingkat tinggi yang berisi informasi bagi anggota organisasi teroris internasional di wilaya Rusia menggunakan Telegram,” ujar otoritas Rusia dalam pernyataan seperti dimuat di Newsweek, Selasa(27/6).

Sejumlah serangan teroris di Prancis juga membuat pemerintahnya memaksa meminta penyedia aplikasi semacam Telegram membuka pintu keamanannya.

“Pertukaran (data) yang dilakukan via aplikasi seperti Telegram harus bisa diidentifikasi dan digunakan untuk penegakan hukum,” ucap Menteri Dalam Negeri Prancis Bernard Cazeneuve.

Di Timur Tengah, Telegram merupakan aplikasi favorit bagi banyak orang. ISIS sudah lama diketahui memanfaatkan Telegram sebagai jaringan komunikasi.

Bergeser sedikit, Telegram begitu disukai oleh penduduk Iran. Sebagai negara dengan kebebasan yang dibatasi oleh pemerintahnya, Telegram menjadi ruang bicara yang lebih lega buat mereka. Ada sekitar 20 juta pengguna Telegram berasal dari Iran, menjadikannya aplikasi terpopuler di sana.

Pihak Telegram mengaku layanan miliknya kerap digunakan teroris untuk memuluskan rencananya. Pavel bahkan pernah menyebut dirinya mengetahui ISIS berkomunikasi di Telegram sebelum serangan Paris.

“Kalau kalian memperhatikannya, benar ada perang yang terjadi di Timur Tengah. Di sana terjadi rentetan kisah pilu. Tapi pada akhirnya ISIS akan selalu menemukan cara berkomunikasi,” dalih Pavel.

Pavel yang juga pendiri dari VK, media sosial terbesar di Eropa, berargumen privasi lebih penting dari kegelisahan akan terorisme.

Mereka juga mengaku aktif memblokir akun-akun yang terindikasi berafiliasi dengan ISIS. Pada November 2015 silam, Telegram menyebut pihaknya telah memblokir 78 kanal dalam 12 bahasa terkait ISIS.

Keputusan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika juga ditengarai akibat adanya konten ilegal yang tesebar melalui Telegram. Hal itu dibenarkan oleh Dirjen Aptika Semuel Abrijani Pangerapan.

Namun hingga saat ini belum diketahui alasan sebenarnya dari pemblokiran tersebut.

Melihat rekam jejak Durov bersaudara dengan sifat pemberontaknya serta tujuan Telegram dibuat, blokir dari pemerintah diperkirakan tak akan membuat Telegram bergeming agar menuruti UU ITE yang jadi acuan pemerintah. ***

Sumber : CNN Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.