BATANG HARI, KABARPOLISI.COM – Pasar Tembesi akan tenggelam? Kalimat inilah yang sering didengar dari kebanyakan warga Pasar Muara Tembesi Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batang Hari.
Pasar Tembesi yang merupakan bandar perdagangan pertama sebelum Provinsi Jambi berdiri, yang posisinya terletak dipertemuan 3 sungai, yakni Batang Tembesi, Batang Tebo dan Batang Hari ini, tidak lama lagi hanya tinggal nama, karena sudah puluhan tahun mengalami erosi terkikis arus air ketiga sungai tersebut, namun luput dari perhatian pemerintah Pemkab Batang Hari maupun Pemrov Jambi.
Informasi yang didapatkan dari seorang warga, Alfian, 55 tahun, Selasa (04/03/2017), sekitar awal tahun 1900, Pasar Tembesi ini merupakan pusat perdagangan yang ramai. Banyak kapal Belanda yang berlabuh di sini. Bahkan pedagang-pedagang dari China, datang meramaikan perkonomian pasar sekaligus menetap di kawasan ini.
“Menurut cerita orang tua saya, sampai awal tahun 1960, kondisi sungai ini sangat landai. Menyeberangi sungai ke seberang (Tanjung Pasir) yang waktu itu kebun palawija, jaraknya hanya 10 meter. Di sini banyak rumah-rumah mentereng milik pedagang China berdiri, termasuk rumah tokoh Jambi, Majid Batoe, serta ada lapangan sepak bola “kata Alfian.
Namun memasuki awal 1964, jelas Alfian, pinggiran sungai mulai terkikis terus menerus akibat arus sungai. Akibatnya, pasar bersejarah tersebut serta bangunan yang ada, amblas dihanyutkan air sungai. Dampak dari pengikisan tersebut, pinggiran sungai membentuk cekungan yang panjangnya 100 m dan lebar 400 m.
Alfian mengatakan, pada tahun 1996, pernah dibangun turap dari dana APBN senilai 1,3 M, namun hanya bertahan 3 bulan, dikikis air sungai yang kuat.
“Saya mewakili warga Pasar Tembesi, mengetuk hati Gubernur Jambi, Zumi Zola, untuk dapat memperhatikan kami serta aset sejarah pemerintahan yang masih tinggal. Kalau tidak, maka 10 tahun lagi, Kampung Rajo ini akan ikut tenggelam” himbau Alfian.
Camat Muara Tembesi, Asri Yonalsyah, mengatakan, tidak hanya turap yang mampu membentengi kawasan Pasar Tenbesi, namun juga harus dibangun tiang-tiang beton pemecah arus sungai, serta dam di pinggiran sungai seberang yakni di Tanjung Pasir.
“Dengan adanya tiang-tiang beton yang dipancangkan ke dasar sungai, maka dapat menjadi pemecah arus. Dam di pinggiran sungai Tanjung Pasir, bertujuan agar arus sungai Batang Tembesi dan Batang Tebo, dapat mengarah dengan baik ke Batang Hari.
Jadi dengan adanya dua item tersebut, maka arus sungai yang kuat, akan pecah, dan tidak semata-mata mengarah ke pinggiran bantaran sungai Pasar Tembesi” beber Asri.
Walaupun dibangun turap ratusan milyar, namun tidak dibangun tiang-tiang beton pemecah arus sungai serta dam tersebut, maka turap terrsebut tetap hancur” tambahnya dengan yakin. (Ade Toisuta)