Listyo Sigit Prabowo waktu menjadi ajudan Presiden Jokowi (Ist)
JAKARTA – Komisaris Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo (51) menjadi calon tunggal Kapolri menggantikan Jenderal Idham Azis yang pensiun. Ia diketahui memiliki riwayat kedekatan dengan Presiden Jokowi sejak lama.
“Hari ini Surpres (surat presiden) telah kami terima dari presiden yang mana presiden menyampaikan usulan pejabat [Kapolri] mendatang tunggal yaitu Listyo,” kata Ketua DPR Puan Maharani, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (13/1).
Sebelumnya, ia bukan satu-satunya nama yang diprediksi calon kuat Kapolri yang beredar. Setidaknya tiga nama jenderal bintang empat lainnya bersaing bersama Listyo.
Yakni, Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono, Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar, Kabaharkam Komjen Agus Andrianto, serta Kalemdikpol Komjen Arief Sulistyanto.
Pada akhirnya, pria kelahiran Ambon, Maluku, itulah yang masuk dalam Surat Presiden tentang pencalonan Kapolri ke DPR.
Lalu, apa istimewanya Listyo?
Seperti dilansir CNN Indonesia. Lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1991 ini sudah menempati berbagai posisi penting sebelum nyaris berada di puncak Korps Bhayangkara.
Pada 2009, ia mulai menduduki kepala satuan wilayah dengan menjabat sebagai Kapolres Pati. Satu tahun kemudian, Listyo dimutasi sebagai Kapolres Sukaharjo.
Ya, ia banyak menghabiskan periode awal kariernya di Jawa Tengah. Selanjutnya, pria yang mengaku hobi berolahraga dan musik ini diangkat menjadi Wakapolrestabes Semarang.
Periode penting jabatannya adalah saat ia menjabat sebagai Kapolres Surakarta pada 2011. Saat Listyo bertugas di Solo, Jokowi menjabat Wali Kota.
Di wilayah ini, Listyo pernah menangani kasus bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh, Solo, Jawa Tengah, 2011.
Setahun kemudian, Listyo dimutasi ke Jakarta untuk mengisi posisi Kepala Subdirektorat II Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri. Pada saat yang sama, Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta usai menang di Pilkada DKI 2012.
Dia lantas ditugaskan menjadi Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sulawesi Tenggara pada 2013. Tak lama, Listyo kembali ditarik ke Ibu Kota bersamaan dengan terpilihnya Jokowi sebagai presiden pada 2014.
Listyo pun dipercaya menjadi ajudan presiden selama sekitar dua tahun. Lepas dari penugasan sebagai ajudan Jokowi, Listyo diangkat menjadi Kapolda Banten pada 2016. Di wilayah ini, ia bertugas dua tahun.
Setelah itu, Polri menariknya ke markas besar untuk menjadi Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam).
Selang satu tahun kemudian, Listyo diangkat menjadi Kabareskrim per Desember 2019.
Selama menjabat Kabareskrim Polri, Listyo tercatat mengungkap kasus penipuan Grab Toko, menuntaskan kasus pembakaran gedung Kejaksaan Agung.
Pada masa jabatannya pula, Polri menangkap dua tersangka penyiram air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan yang merupakan oknum kepolisian. Meskipun, sebagian pihak meragukan validitasnya.
Selain itu, dia menangani kasus penembakan enam anggota Laskar FPI, dan terlibat penangkapan buron kasus korupsi Bank Bali Djoko Tjandra.
Nama Listyo sempat disebut-sebut dalam kasus dugaan suap penghapusan red notice Djoko Tjandra. Namun, hal itu dibantah saksi di pengadilan.
Terakhir, kontroversinya ialah terkait kritik dari pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menginginkan calon Kapolri yang bisa diterima semua pihak. Listyo disorot karena merupakan nonmuslim.
“Sangat diharapkan dan dituntut kearifannya untuk bisa memilih sosok seorang Kapolri yang bisa diterima oleh masyarakat secara luas, agar kita sebagai bangsa bisa berkonsentrasi penuh mengatasi masalah yang sangat berat yang kita hadapi saat ini,” kata Wakil Ketua MUI Anwar Abbas.
Beberapa fraksi di Komisi III DPR sendiri tak mempermasalahkan persoalan agama dari calon Kapolri ini karena tak jadi syarat khusus di perundangan.
Tata Tanur