Haris Hadis
LIMAPULUH KOTA, kabarpolisi.com – Polres Kabupaten Limapuluh Kota, Polda Sumatera Barat masih mendalami kasus perkelahian (Cakak banyak) yang menyebabkan tewasnya Erwinsyahputra dan kritisnya Tedi Sutendi Anggota DPRD Kabupaten Limapuluh Kota dari partai Hanura. Peristiwa cakak banyak ini terjadi di Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Minggu (10/9)
Kapolres Limapuluh Kota, AKBP Haris Hadis mengaku belum bisa menyimpulkan apa motif pertingkaian hingga menewaskan satu orang dan melukai dua orang lainnya. “Ini masih kita periksa,”tegas AKBP Haris kepada awak media, kemarin.
Wartawan kabarpolisi.com Tata Tanur melaporkan dari Payakumbuh, diduga kasus ini terjadi akibat perebutan tanah ulayat
Dua kubu warga berbeda kampung saling serang dengan benda tajam. Satu orang tewas. Seorang pelaku perebutan tanah ulayat adalah anggota DPRD Limapuluh Kota, Tedi Sutendi. Wakil rakyat itu bersama adiknya kini dalam kondisi kritis karena terkena sejumlah tusukan sewaktu bentrok pecah.
Perselisihan dalam pemanfaatan tanah ulayat melibatkan dua kelompok dari Nagari Taram dan warga dari Nagari Pilubang.
Saling serang dua kelompok terjadi di perbatasan Pilubang dengan Taram, sekitar pukul 11.00 WIB. Kejadian persisnya di Jorong Ateh, Nagari Taram. Korban bertumbangan. Warga yang tewas bernama Erwinsyahputra (34) warga Nagari Pilubang.
Dia menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Adnaan WD Payakumbuh satu jam pascaperkeliahian. Pria yang berporfesi sebagai petani itu sempat sekarat di lokasi setelah mendapatkan sejumlah tusukan di kepala, dada serta bagian perut.
Sedangkan dua lainnya, Tedi Sutendi sekaligus anggota DPRD Kabupaten Limapuluh Kota dan adik kandungnya, bernama Primsito (40) yang merupakan warga Nagari Taram. Keduanya mendapatkan sejumlah luka tusukan. Tedi kritis dan dilarikan ke RSUP M Djamil Padang untuk mendapatkan penanganan yang lebih serius.
Menurut informasi, sebelum bentrok terjadi, kelompok dari Nagari Taram yang berjumlah tujuh orang berencana bekerja untuk membangun jalan ke lokasi taman rekreasi yang berada di kawasan tanah ulayat tersebut.
Tetapi, saat di lokasi, rombongan Tedi Sutendi sudah ditunggu oleh kelompok orang dari Nagari Pilubang yang berjumlah 35 orang.
Sebelum perkelahian, kedua kelompok sempat cekcok hingga akhirnya terjadi perkelahian dengan menggunakan senjata tajam.
Sumber menyebutkan, perselisihan kedua kelompok masyarakat tersebut, memang dipicu oleh permasalah tanah ulayat yang ada di perbatasan dua nagari. “Sampai saat ini belum jelas, siapa pemilik areal yang ada di perbatasan tersebut. Malahan saling klaim untuk kepemilikan lahan yang cukup luas tersebut.
Kaum Malayu Taram pada umumnya mengatakan tanah yang berada diperbatasan tersebut adalah milik pasukuan mereka. Tetapi, kenyataanya secafa fisik dan penggunaan lahan sudah dikelola warga Nagari Pilubang. Belum diketahui mana yang benar.
Sampai Minggu (10/9) sore, sudah empat orang yang diperiksa petugas Satreskrim Polres Limapuluh Kota. Polisi juga menyita golok yang diduga menewaskan warga Pilubang.
“Sudah empat orang yang kita periksa. Empat orang ini dari kelompok Nagari Pilubang. Ada satu lagi yang kita panggil sore ini, tapi yang bersangkutan belum datang. Golok juga disita. Belum tahu siapa golok itu,” katanya.
Terkait tersangka, Kapolres belum menetapkannya.
“Kita periksa terus. Dari keterangan-keterangan orang yang dipanggil, akan membuat jelas perkara ini. Dari sana baru bisa kita tetapkan tersangkanya. Kita lihat perkembangan ke depan,” terang AKBP Haris lagi.
Sore kemarin, jasad Erwinsyahputra , kelompok Nagari Pilubang sudah dibawa pulang ke rumah duka. Sedang dua warga dari Nagari Taram, Tedi Sutendi dan Primsito dilarikan ke RSUP M Djamil, Padang.
Terlihat tiga luka bekas senjata tajam di tubuh Tedi. Yakni dirusuk kanan bawah, punggung dan dada. Sesekali Tedi mengeluh sesak nafas dan sakit di areal luka. Hanya istri dan seorang kerabatnya yang mengiringi. Tidak ada polisi ataupun pihak lain di rumah sakit. ***