Temuan BIN : 39 Persen Mahasiswa Radikal

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto (kanan) bersama Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (tengah) dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan berbincang sebelum mengikuti Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, 5 Maret 2018. (Foto ANTARA)

JAKARTA, kabarpolisi.com -Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan mengungkapkan, sekitar 39 persen mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi telah terpapar paham radikal.

Menurut mantan mantan wakapolri ini, kondisi itu didasarkan atas penelitian BIN yang dilakukan pada 2017 lalu. “Kondisi it ada di 15 provinsi di Indonesia dan menjadi perhatian pergerakan radikalisme” kata Budi Gunawan saat menjadi pembicara kunci dalam Kongres IV BEM PTNU se-Nusantara di Semarang, 28 April 2018.

Dari penelitian itu, menurut Budi Gunawan, juga diketahui tiga perguruan tinggi di Indonesia mendapat perhatian karena kondisinya bisa menjadi basis penyebaran paham radikal.

Namun, Gunawan tidak mengungkapkan identitas ketiga perguruan tinggi itu. Berdasarkan penelitian itu, juga diketahui peningkatan paham konserfatif keagamaan.

Dari survei yang dilakukan diperoleh data 24 persen mahasiswa dan 23,3 persen pelajar SMA setuju dengan jihad untuk tegaknya negara Islam. “Kondisi ini mengkhawatirkan karena mengancam keberlangsungan NKRI,” katanya.

Kondisi itu, menurut Budi Gunawan, juga diperkuat dengan keterlibatan seorang pemuda lulusan salah satu PTN yang terlibat dalam teror di Jakarta beberapa waktu lalu.

“Ini semakin menegaskan bahwa lingkungan kampus sudah menjadi target bagi kelompok radikal untuk memobilisasi calon teroris baru.

Oleh karena itu, lanjut dia, mahasiswa harua mampu memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Fenomena radikalismen di kalangan mahasiswa sangat besar dari aspek potensi ancaman.

Dia menggarisbawahi peran strategis mahasiwa untuk mewujudkan masyarakat yang madani.

BACA JUGA  Kasespim Lemdiklat Polri Pimpin Upacara Pembukaan Dikbangum Sespimma Angkatan Ke 71 Tahun 2024

Sejarah, lanjut Budi Gunawan, mencatat gerakan mahasiswa yang menjadi motor perubahan di Indonesia. “Jangan mahasiswa justru diperalat oleh kelompok radikal untuk memecah belah tatanan masyarakat yang kita bangun,” katanya.

Sumber : Tempo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.