SOSOK  

Wanita Bonjol Polwan Pertama Indonesia

Dahniar (paling kiri)

Catatan Donny Magek Piliang

Kabupaten Pasaman di Sumatera Barat nan bak menyisir kaki Bukit Barisan di bagian Utara Sumatera Barat yang selama ini diketahui hanya kaya akan kandungan mineral dan bahan galian di perut buminya, yang terletak pada garis lintang equator dan tanah kelahiran sekaligus pusat perjuangan Pahlawan Nasional, Tuanku Imam Bonjol.

Dalam rangka memeperingati Hari Polwan RI ke-68, kabarpolisi.com menurunkan tim liputan di kampung halaman Tuanku Imam Bonjol itu.

Selain menemukan jejak perjuangan Tuanku Imam Bonjol dan Prof DR achmad Mochtar, tanpa disangka kami menemukan jejak Kolonel (Purn) Dahniar satu dari enam Polwan pertama di Indonesia.

Tim liputan Kabarpolisi.com Redaktur Eksekutif Donny Magek Piliang anggota Dewan Redaksi Trides serta Ari Zulfahmi bersama Bupati Pasaman AKBP (Purn) Yusuf Lubis, Kapolres Pasaman AKBP Reko Indro, Kapolsek Bonjol, Kadis Infokom, Kadisparpora, Camat Bonjol Dan Walinagari Ganggu Hilia beserta jajarannya termasuk tokoh muda Hendra bagindo Ratu, kami menyusuri Kecamatan bonjol dari pagi hingga malam.

Di Jorong Balubus Nagari Ganggo Hilia yang berada tidak jauh dari Benteng Tuanku Imam Bonjol di Bukit Tajadi kami menemui keluarga alm Kolonel Purn Dahniar. Arlis, salah seorang keluarga Dahniar yang pernah hidup bersama almarhumah selama 20 tahun di Jakarta mengatakan bahwa, Ibu Dahniar lahir di Jorong Padang Bubuih Nagari Ganggo Hilia Kecamatan Bonjol tahun 1930.

Padausia tiga tahun beliau dibawa pindah oleh ayah dan ibunya ke Bukittinggi karena telah membeli tanah dekat Hotel Jogja (sekarang).

Pada usia 18 Tahun Dahniar masuk Sekolah Polisi di Bukittinggi. Di Sekolah ini Dahniar merupakan salah satu dari enam siswa Polwan pertama Indonesia. Setelah menamatkan pendidikan,Dahniar bertugas sebagai polisi wanita di Kota Bukittinggi ini.

Tidak berapa lama menjalani dinas di Kota Bukittinggi,Dahniar kemudian pindah ke Jakarta, Kepindahan ini karena mengikuti keluarga yang pindah ke ibukota RI ini. Waktu pindah ke ibukota Dahniar masih berstatus gadis.

Di Mabes Polri ini Dahniar menemukan jodoh orang Purwokerto. Sukotjo (Sukoco) nama Suami Dahniar. Namun Pasangan ini tidak di karuniai keturunan.

Perjalanan rumah tangga Dahniar dan Sukotjo di Jakarta cukup harmonis. Begitu dengan dengan tetangga dan rekan kerja. Pasangan ini sangat terkenal dengan sifat penyayang dan ramah tamah. Dahniar termasuk yang mandiri, di rumah masak sendiri keluarpun nyetir mobil sendiri.

Meskipun ada pembantu dan sopir keluarga di rumah. Mungkin faktor kesibukan yang sangat tinggi,dimasa pensiun Dahniar menderita sakita Jantung. Penyakit ini di derita sampai panggilan sang Khalik datang menjemput. Itulah sekilas cerita Arlis tentang Kolonel (purn) Dahniar Sukotjo ini.

Dengan runut sejarah dan cerita saksi ini didapat kepastian bahwa salah seorang dari enam polwan pertama Indonesia berasal dari Bonjol Pasaman. Perempuan itu adalah Dahniar yang terakhir bernama lengkap Kolonel(purn) Dhaniar Sukotjo.

Cerita asal dari Polwan Pertama Indonesia yang selama ini tidak diketahui meskipun oleh pihak Mabes Polri sendiri mulai terungkap satu persatu kampung asal mereka. Keenam orang perintis Polwan Indonesia pertama itu adalah Kol. Pol (Purn) Almh. Ny. Nelly Pauna Situmorang, Kol. Pol (Purn) Almh. Ny. Mariana Mufti, Kol. Pol (Purn) Ny. Djasmaniar Husein, Kol. Pol (Purn) Ny. Rosmalina Pramono, Kol. Pol (Purn) Ny. Rosnalia Taher, Letkol. Pol (Purn) Almh. Ny. Dahniar Sukotjo.

Tim kabarpolisi.com di Bonjol

Pada saat menapak tapak rumah kelahiran Dahniar ini, statement Bupati Pasaman, Yusuf Lubis cukup mengharukan bagi keluarga Dahniar dan masyarakat sekitar, “…bahwa Ibu Dahniar adalah salah seorang anggota Polwan yang pertama di Indonesia, beliau adalah juga pimpinan kami, yang selama ini tidak diketahui asal muasalnya sekalipun saya adalah putra Pasaman, juga pensiunan polisi dan sudah dua kali pula menjadi Bupati Pasaman. Terimalah salam maaf kami dan semoga nama beliau mulai saat ini akan dikenang selalu. Beliau adalah juga sosok perempuan pejuang dan perintis dalam jajaran Kepolisian Republik Indonesia yang penuh dedikasi terhadap bangsa dan negara ini, dan sejatinya patut ditauladani oleh setiap generasi.” Ungkap Yusuf Lubis.

Kapolres Pasaman, AKBP. Reko Indro Susanto, SH., pun turut menggugah pihak keluarga Dahniar sebagai luapan kegembiraannya dengan ditemukannya jejak tanah kelahiran seniornya itu.

Eko, panggilan akrab Kapolres ini yang didampingi oleh para anggota Polwannya yang cantik-cantik itu bertutur “…nah ini adalah anggota Polwan saya (sambil menunjuk ke arah sederetan Polwan), adalah para cucu dan cicitnya juga dari almarhumah Ibu Dahniar dalam jajaran Kepolisian Indonesia, mereka mewarisi semangat dan tugas yang sama.

Dan selaku Kapolres Pasaman dan atas nama jajaran Kepolisian Republik Indonesia sangat gembira karena telah menemukan jejak dan tapak rumah kelahiran senior kami ini, dan mengucapkan terimakasih kepada semua pihak karena telah mendapatkan kepastian akan tanah kelahiran Ibu Dahniar Sukotjo ini.”

Di sela kegembiraan dan kebahagiaan bagi masyarakat Bonjol dan Pasaman umumnya, tertompang harapan besar masyarakat yang disampaikannya kepada Bupati dan Kapolres Pasaman itu.

“Kami atas nama masyarakat Bonjol dan Pasaman umumnya dan mungkin saja harapan seluruh masyarakat Sumatera Barat melalui bapak bupati dan bapak kapolres bermohon dengan sangat kepada pihak Mabes Polri, terutama kepada Bapak Kapolri untuk membangun sebuah monument Polwan Indonesia pertama atau perintis yang pada bahagiannya terdapat patung almh. Ibu Dahniar, sebagai mewakili para perintis atau Polwan Indonedia pertama lainnya tersebut, di Bonjol ini. Karena di Bukittinggi sudah didirikan sebuah monument Sekolah Polwan pertama di tanah air ini.

Maka pada saat memperingati Hari Polwan ke-68, yang jatuh pada 1 September 2017 lalu kami harapkan pula peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Bapak Kapolri, yang mulia DR. H. Muhammad Tito Carnavian.

Namun sebelumnya, andaikan ada kepastian dari pihak Polri nanti maka kami pihak masyarakat siap menghibahkan tanah untuk keperluan pembangunan monument dimaksud.”

Pesan masyarakat Pasaman ini di sampaikan oleh Hendra Bagindo Ratu,SE di hadapan Bupati dan Kapolres Pasaman.

Dengan ini tertumpang harapan yang besar dari masyarakat Pasaman untuk di sikapi positif oleh Kepolisian Republik Indonesia di Jakarta, karena dipandang sangat mempunyai multy player effeck terhadap masyarakat dan pemerintah. Mari kita tunggu realisasinya ***

Penulis adalah Redaktur Eksekutif kabarpolisi.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.