Zulfikar Pameran Sinetron “Preman Pensiun” Diciduk Polisi Bandung

BANDUNG, kabarpolisi.com – Masih ingat sinetron “Preman Pensiun” yang pernah tayang di stasiun televisi RCTI?

Zulfikar alias Jamal dalam sinetron Preman Pensiun ditangkap polisi karena kepemilikan sabu. Zulfikar ditangkap di sebuah apartemen di Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung.

Kasatnarkoba Polrestabes Bandung AKBP Irfan Nurmansyah menuturkan bahwa penangkapan Zulfikar diawali dari adanya laporan masyarakat. Penangkapan dilakukan pada Sabtu (20/7) pukul 01.15 WIB.

“Barang bukti satu buah alat hisap bong berikut cangklong yang di dalamnya masih berisi sabu dan korek criket dengan terpasang sumbu,” kata Irfan saat dihubungi, Minggu (21/7).

Zulfikar, pemeran ‘Preman Pensiun’ ditangkap karena narkoba. Foto: istimewa
Pihak kepolisian belum merinci berapa jumlah sabu yang dimiliki oleh Zulfikar. Saat ini, Zulfikar tengah diperiksa lebih lanjut oleh pihak kepolisian.


Preman Pensiun

Anda pecinta berat Sinetron Preman Pensiun? Mungkin ada yang menyangka, itu rekaan semata. Tapi ternyata, ada salah satu pemerannya yang benar-benar pernah jadi penjahat, kini pensiun dan bertaubat.

Bayu Ruben, pemeran Kemod dalam Sinetron berlatar kota Bandung tersebut adalah salah satu contohnya. Dulu, dia pernah keluar masuk bui, ditakuti banyak orang, tak kenal ampun terhadap lawan. Kini, dia adalah seorang yang soleh, taat beragama dan penyayang orang tua.

detikcom menemui pria yang akrab disapa Uben ini di sela-sela acara zikir Brigez bersama ustad Arifin Ilham di masjid Raya Bandung, akhir pekan lalu. Ada sekitar ratusan anggota geng motor Brigez yang hadir. Saat itu, ada juga wali kota Bandung Ridwan Kamil. Mereka mengenakan baju koko, kaos dan ada yang berjaket kulit.

Khusus Uben, dia mengenakan rompi kulit hitam dan kaos hitam. Batu akik besar terkalung di dadanya. Ditambah dengan aksesoris lain seperti kacamata hitam dan ikat kepala, pria yang tubuhnya dipenuhi tatot itu terlihat khusyuk berdoa saat acara zikir.

Usai acara, dia bersedia meladeni permintaan untuk wawancara. Selama hampir 30 menit, dia mengisahkan hidupnya yang kelam di masa lalu, yang penuh lika liku, kekerasan, pembunuhan bahkan kejamnya rivalitas antar geng di kota Kembang. Hingga akhirnya dia tobat di penjara.

“Tahun 1997 saya sempat masuk bui, biasalah. Penembakan di BIP, bubunuhan lawan anak-anak XTC (geng motor rival Brigez),” cerita Uben kepada detikcom seperti ditulis, Senin (10/8/2015).

“Terus 1998 saya masuk lagi ngebantai musuh lagi, GBR (geng motor lawan Brigez lainnya),” sambungnya.

Keluar masuk penjara seolah menjadi hobi baginya. Dia pernah terlibat kembali pembunuhan di Jalan Riau, Bandung, perampokan dan kejahatan lainnya. Hingga akhirnya dia masuk ke penjara paling angker di Indonesia, Nusakambangan.

“Ini pun baru pulang dari Nusakambangan tahun 2010. Kalau di Nusakambangan ada bendera brigez, itu saya yang bawa,” ungkapnya.

Singkat cerita, Bayu Kemod mendapatkan hidayah di Nusakambangan. Dia bertemu dengan para napi kasus terorisme yang kerap memimpin aktivitas ibadah di sana. Pikirannya tercerahkan dan naluri pembunuhnya mulai bisa dikendalikan.

Keinginan untuk benar-benar berhenti dari dunia kegelapan terjadi saat adiknya tewas dibunuh oleh lawannya. Padahal, kala itu, sang adik tak tahu apa-apa. Dia berada di tempat yang salah, waktu yang salah dan memiliki kakak yang bermasalah.

“Dia itu orang baik, salatnya juga rajin. Dia nggak pernah buat neko-neko, sampai dibantai sama musuh sampai meninggal. Padahal dia enggak tahu kalau abangnya itu yang punya masalah,” jelasnya.

Tahun 2010, Uben keluar dari penjara Nusakambangan setelah belasan tahun hidup di bui. Dia bertekad menjalani hidup lebih baik lagi. Punya darah seni, dia akhirnya kini sampai menjadi pemain Sinetron preman pensiun. Preman yang pensiun dalam arti sebenar-benarnya.

“Dulu ibu saya ngelihat saya pakai baju Brigez, ibu saya pingsan 3 hari. Sekarang mah bangga, asli. Suatu kebanggaan tersendiri buat saya ibaratnya,” ceritanya soal kehidupannya sekarang. (BT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.