Kapolri : Pancasila Perekat Kita dan Itu Harga Mati

Jenderal Polisi Tito Karnavian

JAKARTA, kabarpolisi.com – Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku dan etnis dan sepanjang sejarah Indonesia merdeka, Pancasila adalah dasar dan ideologi bangsa dan negara. Ia telah menjadi rumah bagi bangsa Indonesia yang majemuk.

Demikian ditegaskan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian dalam rangka menyambut Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2017 menjawab pertanyaan tertulis kabarpolisi.com minggu lalu.

Menurutnya, Pancasila menjadi dasar dan ideologi negara baik pada masa perjuangan mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan melawan penjajah Belanda, pada masa Indonesia menjadi negara serikat, pada masa Indonesia menganut sistim parlementer, pada masa mengatasi pemberontakan, maupun pada masa pergolakan politik pergantian era orde lama ke era orde baru dan era orde baru ke era reformasi, dari era demokrasi terpimpin ke era demokrasi konstitusional sekarang ini.

“Pancasila telah terbukti sebagai kekuatan bangsa untuk mengatasi berbagai tantangan, baik separatisme maupun fundamentalisme agama dan komunisme. Fakta sejarah itu menjadi saksi betapa Pancasila dan eksistensi bangsa dan negara Indonesia berpadu dan saling menopang. Pancasila itu perekat kita berbangsa dan bernegara. Jangan ada yang coba mengutak atik apalagi mengkhianatinya,” kata jenderal kelahiran Palembang, Sumatera Selatan ini.

Kapolri termuda dalam sejarah polisi Republik Indonesia itu menegaskan, dasar dan ideologi itu terkristalisasi dalam lima sila Pancasila yang bertaut satu dengan lainnya (organis), 1. Ketuhanan Yang Maha Esa, 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, 3. Persatuan Indonesia, 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sebagai dasar negara, katanya, Pancasila merupakan dasar untuk mengatur semua penyelenggaraan yang terbentuk dalam sebuah negara dan adalah sumber tertib hukum Indonesia.

BACA JUGA  Kuasa Hukum Korban Minta Pelaku Kekerasan Seksual di Pondok Pesantren Magelang Dijadikan Tersangka

Lulusan terbaik Akpol 1987 ini menegaskan Sebagai ideologi, Pancasila adalah kristalisasi konsep dasar mengenai kehidupan yang dianggap baik yang kita cita-citakan sebagai suatu bangsa. Ia mencakup norma bernegara, cita-cita negara, dan tujuan negara serta pedoman hidup bernegara (lightstar atau lichtstern).

Secara rinci Tito Karnavian menjelaskan,
sebagai ideologi, Pancasila tergolong sebagai ideologi positif, karena memberi semangat, dorongan dan arahan kepada bangsa untuk bersama-sama melawan keterhinaan dalam penjajahan, untuk memulihkan harkat manusia, mengatasi penderitaan kemiskinan, keterbelakangan dan ketidakadilan, sebagai perwujudan tujuan bernegara sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.

“Sifat ini amat berbeda dengan ideologi negatif seperti komunisme, nazisme/fasisme, talibanisme, dan sejenisnya, yang mengatur kehidupan secara total, mutlak, dogmatik dan kaku. Dalam ideologi negatif, manusia, dengan segala potensi kreatif dan inisiatif-nya, kurang bahkan tidak dihargai. Ideologi menuntut ketertundukan mutlak warga terhadap penafsir ideologi, yaitu penguasa, ” tegas ayah tiga anak ini.

Kapolri mengingatkan, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, adalah hari jadi bangsa Indonesia. Sebelum itu bangsa Indonesia tidak ada, yang ada adalah ratusan suku berbeda yang berdiam di ribuan pulau-pulau Nusantara, yang berbicara dalam ratusan bahasa dan dialek yang berlainan dan menganut berbagai agama dan kepercayaan, yang dipaksa-satukan dibawah penjajahan Belanda, ” katanya.

” Sebelum 17 Agustus 1945, tidak ada Negara Indonesia. Yang ada adalah wilayah bekas ratusan kerajaan yang ditaklukkan dan dipaksa-satukan dibawah penjajahan Belanda dan Jepang,” kata Kapolri.

Untuk itu menurut Tito Karnavian, diperlukan suatu tali-rasa persatuan, norma dasar hidup bersama dan cita-cita yang diimpikan bersama, agar diatasnya dapat dibangun kekuasaan pemerintahan yang mengayomi dan memajukan.

Kapolri mengingatkan, dalam pidato 1 Juni 1945, secara jenius Ir. Sukarno menawarkan konsepsi yang dikenal sebagai Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara Indonesia merdeka. “Beliau menegaskan bahwa sila-sila itu adalah kearifan masyarakat Nusantara yang telah dihidupi masyarakat Nusantara selama ratusan bahkan ribuan tahun. Dengan jelas dan rendah hati beliau menegaskan bahwa dirinya bukan menemukan hal baru tetapi sekedar menggali dari khasanah budaya Nusantara. Tetapi harus diakui bahwa beliau mampu dengan jernih memilah nilai-nilai fundamental itu dari kemajemukan masyarakat kita,” kata orang nomor satu di kepolisian Republik Indonesia ini.

BACA JUGA  Kuasa Hukum Korban Minta Pelaku Kekerasan Seksual di Pondok Pesantren Magelang Dijadikan Tersangka

Tito Karnavian melanjutkan, demikianlah pada 18 Agustus 1945, Pancasila dimeteraikan sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia dan menjadi dasar dan ideologi Indonesia, pada saat UUD 1945 ditetapkan.

Diterimanya Pancasila sebagai dasar Negara, katanya, telah mempersatukan bangsa yang majemuk ini untuk hidup bersama dalam satu Negara dan mencegahnya dari perpecahan. Menerima Pancasila sebagai sumber nilai dan norma moral bagi pengelolaan kehidupan bersama, baik dalam berbangsa maupun bernegara menjadikan bangsa yang majemuk ini merasakan berada dan berkehidupan dalam rumah sendiri.

“Salah satu karakter utama Pancasila sebagai ideologi yang berakar pada pandangan hidup bersama adalah karakter inklusif. Merangkul warga masyarakat yang berbeda-beda dalam kebersamaan dan kerjasama serta tidak mempertentangkan masyarakat dalam perbedaan mereka. Bhinneka tunggal ika” ujar Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

Menurutnya, sebagaimana dipraktekkan oleh nenek-moyang kita, nilai-nilai fundamental itu selalu diperlakukan secara utuh sekaligus dinamis. Sila-sila saling memberi makna dan batasan terhadap yang lain (kesatuan organis). Oleh karena itu tidak tepat untuk lebih menonjolkan salah satu sila diatas sila yang lain. Ke-lima sila itu tidak tersusun dalam urutan hierarkis.

“Jadi Pancasila itu perekat kita, Pancasila itu rumah kita. Jangan ada yang mengutak atik, apalagi sampai mengkhianatinya, ” tegas jenderal polisi Tito Karnavian. (dewi)

Editor : Ben Ibratama Tanur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.