Tito : Kelas Menengah Ujung Tombak Pembangunan Bangsa

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian sedang memberikan orasi ilmiah di hadapan wisudawan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Sabtu (5/42017) (Foto Sayangi. com)

JAKARTA, KABARPOLISI.COM – Kelas menengah (middle class) adalah ujung tombak dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Dengan makin banyaknya jumlah kelas menengah, otomatis bangsa tersebut akan semakin besar.

Demikian orasi ilmiah Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian di hadapan wisudawan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Serpong, Tangerang Selatan pada Sabtu (15/4/2017).

“Suatu bangsa yang besar, suatu bangsa yang berhasil hanya bisa ditandai dengan besarnya kelas menengah. Jadi, para wisudawan dan wisudawati telah mulai masuk dalam barisan kelas menengah,” ujar Kapolri.

Kapolri juga menjelaskan, kelas menengah tersebut akan menjadi ujung tombak dalam membangun bangsa dan membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar. Pasalnya, para kelas menengah lah yang diharapkan dalam membangun bangsa ini kelak.

Mantan kepala BNPT ini juga menerangkan, saat ini Indonesia, khususnya generasi muda tengah dihadapkan dengan tantangan berdemokrasi dalam era globalisasi. Oleh karena itu, para kaum menengah dan para intelektual muda harus bersikap kritis dalam berbangsa dan berbhinneka.

“Tapi belum banyak pertanyaan kritis sebagai intelektual apa alasannya lahir kebhinnekaan, kenapa seharusnya ada kebhinnekaan. Kenapa itu harus ada, kenapa dipertahankan bagaimana mempertahankan,” paparnya.

Kapolri juga menjelaskan, kaum menengah dan intelektual muda harus memahami bahwa Indonesia adalah bangsa yang heterogen. Menurutnya, tidak mudah untuk mempertahankan bangsa yang dihuni oleh berbagai ras, suku dan agama.

“Keberagaman dapat menjadi kekayaan, tapi di satu sisi juga dapat menjadi titik simpul perpecahan. Ini terjadi ketika unsur primordialisme untuk mengedepankan dominasinya itu menjadi menguat,” kata Kapolri.

BACA JUGA  Kuasa Hukum Korban Minta Pelaku Kekerasan Seksual di Pondok Pesantren Magelang Dijadikan Tersangka

Lebih jauh Kapolri menerangkan, bahwa tidak mudah mengelola Indonesia yang merupakan negara dengan banyak suku bangsa, budaya dan agama. Oleh karenanya, para kaum menengah dan para intelektual harus pandai mengelola keberagaman tersebut menjadi modal Indonesia untuk menjadi negara yang besar.

“Di negara heterogen seperti kita mengelola keberagaman dan membuatnya menjadi intact, jadi utuh itu tidak gampang,” tegas Tito Karnavian.

Mantan Kapolda Metro Jaya ini menjelaskan saat ini tugas para intelektual muda dan kaum menengah sangat berat. Karena, selama 71 tahun lebih merdeka, Indonesia belum dapat mencapai pemerataan kesejahteraan.

“Bagaimana struktur demografi kesejahteraan kita masih berbentuk piramida. Yaitu kecilnya high class, belum terlalu besar middle class dan masih didominasi oleh saudari-saudara kita yang low class,” jelas Tito.

Tidak meratanya kesejahteraan dan pembangunan, menurut Tito dapat menimbulkan bahaya. Pasalnya, dengan keberadaan low class yang masih menjadi mayoritas, Indonesia tidak akan menjadi bangsa yang kuat.

“Bagi saya yang sangat penting, bagaimana yang low class ini bisa naik. Tapi di tahun 2020 diprediksi akan membesar kelas menengah, tapi kita masih berjuang ke arah itu,” jelas Kapolri.

Bila Indonesia dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi 5% tiap tahun, maka Kapolri yakin Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar nomor empat di dunia pada tahun 2045.

“Hanya bagaimana caranya kita menjaga stabilitas poltik dan ekonomi. Itu tugas besar dari bangsa ini,” pungkasnya.

Selain itu, dalam orasi ilmiahnya tersebut, Kapolri juga menekankan tentang pentingnya kebhinnekaan. Bagaimana uniknya kebhinnekaan Indonesia dan ancaman stabilitas keamanan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. (dewi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.