OPINI  

Ahok : Si Pembuat Onar di Komisi II DPR Saat Proyek E-KTP Digulirkan

Oleh : MUHAMMAD NURDIN

Sidang perdana kasus korupsi mega proyek E-KTP akan segera dimulai. Dan hal yang mengejutkan adalah akan keluar “nama-nama besar” dalam sidang nanti. Tentu, sinyal yang diberikan KPK ini membuat berdebar-debar para pelaku yang belum kebagian dosanya. Dag..dig..dug.. duar….

Publik pasti bertanya-tanya, masa korupsi yang merugikan negara 2,3 triliun ini hanya 2 orang yang dijadikan tersangka? Ini kan aneh bin ajaib! Beberapa saksi yang diperiksa dan beberapa pengusaha, baru mengembalikan uang hasil kejahatan mereka yang jika ditotalkan berjumlah 250 miliar. 2,3 triliun dengan 250 miliar jauh sekali? Kemana sisanya?

Meski beberapa orang telah mengembalikan uang haram hasil perampokan berjamaah tersebut, tapi KPK tidak akan melepasnya begitu saja. Urusan akan terus berlanjut. Hahaha… Syukurin deh..

Di balik kasus korupsi yang segera akan dibongkar habis-habisan ini, ada sebuah anomali, dulu saat mega proyek ini digulirkan oleh Komisi II DPR. Anomali tersebut bernama Ahok. Sang pembuat onar di Komisi II DPR yang selalu bikin sakit kepala para anggota komisi.

Saat proyek E-KTP ini digulirkan, Ahok yang paling menentang keras. Kata Ahok, “Saya bilang pakai saja bank pembangunan daerah, semua orang mau bikin KTP pasti ada rekamannya kok. Ngapain habisin Rp 5 trilun sampai Rp 6 triliun?”

Malahan, Ahok bilang begini, “Ngapain boros-boros biaya, kasih saja e-KTP itu di buat serta dikelola BRI. Selain praktis, dapat dipakai jadi ATM sekalian. Semua Masyarakat Indonesia yang berumur 17 th punya ATM. Kalau bisa begitu, BRI mungkin saja jadi bank terbesar se Asia Tenggara.”

Apa yang Ahok sampaikan memang benar. Dan itulah alasan banyak orang tidak suka dengannya. Ahok dianggap duri dalam daging yang selalu mengkritisi kebijakan di DPR. Setiap proyek yang sedang dibuat oleh Komisi II pasti batu sandungannya ya Ahok.

Waktu itu Ahok adalah politisi Golkar. Dengan sikapnya yang selalu membuat onar, petinggi partai Golkar, yakni Nurul Arifin, menyampaikan ke Ahok bahwa pemimpin fraksi tidak suka dengan sikap Ahok dinilai terlalu melawan arus.

Nurul Arifin bilang ke Ahok, “Hok, ini fraksi ngomong ke gue nih, loe mau dipindahin dari Komisi II. Karena E-KTP loe terlalu galak, ribut-ribut melulu tuh. Terus mau bikin pembuktian terbalik macem-macem, undang-undang pemilukada, jadi loe mau dipindahin.”

Ahok menjawaba, “Ke Komisi mana gue bakal dipindahin?”

Jawab Nurul Arifin, “Komisi VIII bidang agama.”

Diancam seperti itu bukannya gentar, eh Ahok malah membuat sebuh pernyataan yang bikin kepala si Nurul makin pusing, “Oke loe kasih tahu tuh fraksi ya bos-bosnya. Nanti gue bongkar naik haji loe tuh mark up semua. Yang bongkarnya non-muslim lagi.”

Ancaman Ahok itupun disampaikan kembali oleh Nurul Arifin kepada pimpinan fraksi. Mereka sudah menyiapkan ‘tempat’ di Komisi yang tidak ‘berbahaya’ bagi fraksi dan dewan lainnya. Eh, itupun tak membuat Ahok jera, malah Ahok terus melawan. Ahok mengatakan ke Nurul Arifin, “Komisi manapun gue pasti buat loe orang sakit kepala.”

Beberapa minggu Nurul Arifin balik lagi ke Ahok, tapi dengan sebuah tawaran yang lebih membebaskan Ahok. Katanya ke Ahok, “Sekarang loe mau gabung ke komisi mana? Asal jangan gabung di Komisi II lagi karena komisi lagi bikin UU Pemilukada dan keberadaan loe ngerepotin.”

Ahok merupakan sebuah anomali yang mencoba melawan arus super kuat di DPR. Saat orang-orang berjamaah merampok uang rakyat atas nama kepentingan rakyat, Ahok dari awal sudah menunjukkan sikapnya sebagai yang benar-benar “wakil rakyat”. Dimana tugasnya mengamankan uang rakyat dari segala upaya-upaya jahat.

Cukup sulit jika kita dalam posisi seperti Ahok. Di saat banyak orang ikut terbawa arus, kita sendirian melawannya, menjadi yang selalu digosipin bahkan diejek dengan sebutan “munafik loe!”

Korupsi sudah tak mengenal lagi agama, ras, warna kulit, ataupun tingkat kesalehan. Korupsi mega proyek E-KTP telah menyingkapkan segalanya. Duit haram hanya tertolak oleh ia yang memiliki integritas serta komitmen untuk tidak merugikan rakyat.

Duit haram takkan pernah takut dengan seberapa rajin kita ke masjid, ke gereja ke rumah-rumah Tuhan. Sebab, Tuhan tidak sedang bermukim di hati kita. Jangan karena kita sering mengunjungi rumah Tuhan, maka otomatis kita menjadi suci lagi bersih dengan segala dosa.

Banyak kok contoh nyata, mereka yang merasa atau dipandang suci tapi perilakunya sangat kotor. Dan Ahok telah lulus sebagai orang yang tidak tergoda untuk melakukan hal-hal kotor tersebut.

Tulisan ini diadapsi dari tulisannya Denny Siregar *seruput kopi dulu*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.